belajar menyulam yuk : bunga aster dari lazy daisy stitch

Pelajaran menyulam lagi…. *bu guru sok semangat, padahal postingan pertama ilang, hiks*
Kali ini aku mo bahas tentang  lazy daisy stitch, stitch sederhana tapi fungsional…. ( aheeeeem ! ). Sebenernya pernah aku bahas di postingan lazy daisy stitch untuk daun, tapi kali ini aku mau coba untuk membuat bunga dari lazy daisy stitch… ceritanya sih mo bikin yang namanya bunga aster… *sok yakin*

yuk kita mulai  stitch-nya… ( bagian tengan bunga dibuat dari french knot, sudah ada di postingan sebelumnya ya… https://pingkanrizkiarto.wordpress.com/2010/01/10/belajar-menyulam-yuk-bunga-dari-french-knots/

mulai dari satu titik, buat satu french knot
pada dasarnya lazy daisy dibuat dengan cara seperti ini

gambar darihttp://www.victorian-embroidery-and-crafts.com

 

munculkan jarum/benag dari belakang di sebelah french knot

tusukkan lagi jarum kesebelah titik awal munculnya benang, lalu munculkan lagi jarum diatas titik awal tadi. Jarak antara titik tusuk jarum dan munculnya lagi tergantung berapa panjang lazy daisy stitch yang ingin kita buat.

posisikan jarum seperti gambar diatas, lalu tarik dan jaga jarum/benang tetap berada dalam lingkaran yg terbentuk

tarik benang sampai habis dan tusukkan kembali jarum ke ujung lengkungan


satu tusuk terbentuk 

Selanjutnya yuk mulai belajar menyulam bunganya, lalu sesuai step by step pembuatan stitch, kita buat kelopak mengelilingi pusat bunga

satu petal dari lazy daisy stitch

agar lebih rapi, buatlah empat petal pertama yang rata mengelilingi pusat bunga seperti gambar dibawah


setelah itu bisa diisi dengan petal-petal selanjutnya diantara keempat petal tersebut

Taraaaaa….. satu bunga aster….

tambahkan daun-daun,

Naaaaaah….. yuk sekarang kita coba membuat hiasan berbentuk lope, eh heart dari sulaman bunga aster dengan menggunakan lazy daisystitch. Nggak susah kok, dengan modal stitch sederhana ini kita bisa menambah hiasan manis dari sulam benang diatas baju, kaos, rok, kerudung, atau dimana saja yang kita ingin. Tapi ingat rule number one yaaa…. bisa disulam selama media itu masih bisa dilewati jarum dan benang… Jadi kalo mau menyulam diatas wajan ato panci, ya ndak bisaaaa……. huehehehe…. *halaaah, malah cengengesan dewe*

gambar dulu bentuk heart pada media yg akan kita sulam, gunakan pensil yg bisa hilang kalau dicuci

sulam bunga-nya….

tambahkan daun………naaaah…. jadi tooooooo ?

ni dia kaosnya…

Bagaimana murid-murid ? dicoba yuuuuuk……


Itu Bukan Alasan

Dulu banget, duluuuuu banget…. *berasa jadi makhluk purba dah*. Seorang teman kuliahku dengan bangga-nya mengatakan dia tidak pernah sekalipun mutusin pacar-pacarnya, selalu dia yang diputusin. Aneh ya ? nggak juga… asal tau aja, temenku itu adalah makhluk yang konon berasal dari planet mars, alias laki-laki. Lho diputusin alias being dumped kok malah bangga ? padahal konon katanya buat para makhluk Venus alias wanita, bisa mem-phk pacar adalah sebuah prestasi… ( tapi untuk urusan yg satu ini, count me out ya ! ).

Kalo gue udah nggak suka lagi, gue buat gimana caranya biar dia yang mutusin gue, katanya sok cool…. langsung kujawab Ya iyalah, kan dengan modal cerita sedih disia-siain cewek plus bumbu-bumbu penyedap ini itu, elo bisa dengan mudah ndapetin cewek lain kan ? Elo sanjung-sanjung target baru lo itu dengan segala macam puja-puji sebagai matahari pagi pengusir duka dan lara hati….. gombal tingkat tinggi but work perfectly.

Dan percaya atau tidak, taktik kuno ndak mutu itu masih terus digunakan sampai sekarang. Masih banyak cerita basi tentang perempuan yang rela dan sadar diri mau makan perempuan lain hanya karena bualan dan cerita sedih tentang istri yang tidak bisa membahagiakan lagi, cerewet, daster buluk user plus gualak’e ngalah-ngalahin ayam betina abis bertelor, n so on, n so on….

Dan adaaaaaa saja perempuan yang percaya dan menelan mentah-mentah semua gombalan seperti itu. Jadi ya jangan heran kalau adaaaaaaaaa ada saja suami yang giat meng on-air kan cerita-cerita buruk tentang istrinya sendiri, dalam rangka memuluskan usaha es-el-ka-ria-nya…. mahir nian memposisikan diri sebagai suami yang tersia-sia setelah banting tulang habis-habisan demi istri yang tak tahu diri…

Tapi okelah ceritanya he has a dreadful evil wife from d hell, tapi bukankah apa yang terjadi dalam sebuah rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab bersama antara suami dan istri ? Menggunakan alasan istri yang kurang ini n kurang itu untuk membenarkan perselingkuhan adalah alasan yang aneh bin ajaib. Bukankah dulu-dulunya dia sendiri yang milih tu istri. Rumah tangga tidak lagi memberi kehangatan ? Lha bukannya dia sendiri juga yang membangun rumah tangga itu ? Kalau istilahnya ada genteng yang bocor, lantai yang retak ya betulin doooong…. jangan suka-suka aja seenaknya sendiri trus maen mampir ngeyup ditempat lain.

Nggak memungkiri bahwa manusia itu bisa berubah, yang tadinya cocok klop pas banget, ternyata di perjalanan ada yang berubah, ada yang bergeser, sehingga muncul masalah. Tapi mosok iyo jawaban atas masalah itu adalah selingkuh. Lha wong selingkuh itu sendiri masalah kok…. mosok mau menyelesaikan masalah dengan masalah, apa ndak malah tambah mumet jadinya ? Mbok yao kalau memang sudah ndak tertahankan lagi, ya selesaikan dulu urusan baik-baik…. baru deh sooook situ silahkan deh kalau mau mulai cari yang baru.

en girls, ndak usah ngomong norma ndak usah ngomong dosa… peran penyelamat suami orang bukanlah peran yang patut dibanggakan. Kalau ada seorang suami punya masalah dengan rumah tangganya, persilahkan saja menyelesaikan masalahnya dengan benar. Jangan mau diseret2 menjadi bagian dari masalah. Dan bagi yang ketiban apes dapet peran istri yang diselingkuhi, boleh saja bertanya apa salah diri, bagus untuk intospeksi dan membenahi diri. Tapi yakin deh, tidak ada satupun istri di dunia ini yang pantas untuk diselingkuhi…

*postingan abis senam, huehehehehe….*

semangat dari Marya

Whuaaaa….. akhirnya bisa juga jeprat-jepret pake kamera berat nian itu, hehehe… Maklum setelah sekian lama nyaman dengan canon digital ixus, kamera pocket kecil mungil itu, lha kok harus belajar pegang nikon yang abot tenan alias berat banget itu, repot pulak kudu setel ini setel itu… Apalagi semangat biar gaptek asal hepi masih terus bersemayam di hati ini, liat fitur-fitur yang ada malah udah puyeng duluan, males duluan….

Prestasi pertama hanya meng-on kan kamera saja, selanjutnya mentok di shutter yang angot2-an kadang mau dijepret, kadang mogok gak mau di-jepret. Sempet berminggu-minggu teronggok di bawah tempat tidur tu kamera… Lha wong aku juengkel je… situ mogok dijepret, ya aku mogok njepret lah… xixixi… segitu dendamnya. Bolak-balik ditanyain ma mas Adi, sudah bisa megang belom ? Kalau cuma megang ya bisa aja to mas, megang doang tapinya, makainya sih nanti dulu…

Nyoba belajar pake buku manualnya, dan hasilnya adalah kriting…. Lha wong baca manual dalam bahasa indonesia aja males, apalagi ini pakai bahasa inggris, tambah males kwadrat aja dah. Tapi hati ini kok rasanya berdesir ( gubrag dah bahasanya ) tiap kali melihat foto-foto hasil jepretan Marya, sambil terus bertanya2 dalam hati, kapaaaaaaaaaaan ya bisa bikin foto sekeren Marya.

Akhirnya setelah ndak tahan lagi, diberani-berani-in juga nanya2 ke Marya, dodol question biarin deh, lha wong memang bener2 dodol kok, alias ndak ngerti opo-opo… Dan berkat Marya aku bisa mengumpulkan semangat lagi, dan kembali membuka-buka buku manual in english itu. Mpe kringetan, kriting otak kriting pula bukunya saking seringnya kubuka-buka. N then akhirnya aku menemukan jawaban kenapa tu shutter suka angot…. hahahahaha…. hore, alhamdulillah aku wis ngerti ! Langsung aja praktek jeprat-jepret anak2 yang lagi mandi bola… kapok mu kapan shutter, ta’ jepretke teruuuuusss kowe.…….

But, it’s only the beginning, jalan masih panjang cuy….. ilmu masih cetek, baru bisa njepret aja kok udah riang gembira…. hehehehe…. tapi yang penting semangaaaaaat!!

makasih ya Marya….. luv youuuuuuuuuuuuu !!!

my true colors…

mungkin ini postingan yang nggak penting, modal copy paste…. but i dedicated this for my beloved friends, yang membantuku untuk melihat my own true colors, dan mengijinkan aku untuk melihat their own true colors too…. luv u all !!

If this world makes you crazy
And you’ve taken all you can bear
You call me up
Because you know I’ll be there

And I’ll see your true colors
Shining through
I see your true colors
And that’s why I love you
So don’t be afraid to let them show
Your true colors
True colors are beautiful,
Like a rainbow

true colors by Cyndi Lauper
*set dah ketauan dari generasi mana nih gw….*

mbok Yem

Saat ini ada asisten baru di rumah, buat persiapan bulan depan Ayu mo resign dan pulang kampung ngurusin bapaknya yang sudah mulai sakit-sakitan. Salah satu asisten baruku adalah mbok Yem, asalnya dari Sukarejo daerah di pinggiran Solo sana. Umurnya udah 50-an, tadinya aku sempet mikir juga sih, umur segitu kok masih nyari kerjaan jadi art, apa masih kuat… Tapi berdasarkan rekomendasi Ibu-ku akhirnya jadilah mbok Yem ini bekerja di rumahku. Ada untungnya juga sih sebenernya punya asisten umur segitu, paling nggak aku tidak akan dipusingkan ma urusan abg norak dan gak jelas versi art jaman sekarang.

Mbok Yem ini bener-bener model orang ndeso. Beberapa kali aku sempet ngobrol agak lama dengannya. Agak ruwet juga, n perlu sedikit konsentarasi untuk bisa dengan jelas mengerti maksud omongannya. Mbok Yem ini ngobrol denganku menggunakan bahasa jawa ngoko halus. Bukan masalah bahasanya yang suka bikin aku bingung ( guwe masih orang jawa you know ! ), tapi alur pembicaraannya sering melompat-lompat, belum lagi pengucapannya yang suka nggak jelas.

Dan dari beberapa penuturannya ada satu kisah yang pasti akan membuat mbok Yem menangis…Iya, mbok Yem pasti nangis kalau bercerita tentang anak gadisnya yang sudah hampir setahun ini pamit pergi ke Malaysia untuk bekerja. Dan selama hampir setahun itu, tak secuil-pun berita yang diterima mbok Yem dari anaknya itu. Waktu aku tanya anaknya berangkat lewat pjtki apa dia malah bingung bin nggak tahu…. Yang dia tahu anaknya itu dibawa oleh tetangganya untuk bekerja di Malaysia dengan iming-iming gaji 1,8 juta per bulan.

Tetangga-nya itu dengan sangat meyakinkan menjanjikan bahwa dalam 2 tahun anaknya itu akan pulang dengan membawa uang 20 juta, gaji si anak selama di Malaysia setelah dipotong ongkos 5 bulan gaji untuk ongkosnya. Hitungan yang ajaib menurutku, bukankah seharusnya 24 x 1,8 jt = 43,2 jt ? dipotong 5 bulan gaji pun harusnya 19 x 1,8 jt = 34,2 juta ? Aku memang kurang paham masalah perhitungan dan potongan gaji pekerja kita di luar negeri, tapi dari situ saja aku sudah curiga sama tetangga si mbok Yem ini.

Tapi aku juga tidak bertanya lebih lanjut soal hitungan 20 juta ini, takut si mbok malah jadi tambah bingung. Denger gaji 1,8 juta perbulan dan bakalan dapet duit 20 juta mungkin sudah membuat si mbok mblenger dan nggak berani tanya-tanya lebih lanjut lagi sama si tetangga. Maka jadilah si anak berangkat diantar si tetangga ke Jakarta dan selanjutnya akan diberangkatkan oleh agen ke Malaysia. Dan sejak itu sampai saat ini, mbok Yem tidak pernah mendengar secuilpun kabar dari anaknya.

Saat ini-pun mbok Yem tidak bisa lagi bertanya tentang kabar anaknya ke si tetangga. Karena si tetangga sudah pindah sak anak-bojo, pindah sekeluarga ke Kalimantan, ndak jelas lagi alamat pastinya dimana…..

*sigh………*

Kisah anak mbok Yem ini mau ndak mau mengingatkan aku pada masalah human trafficking, lebih parah lagi aku juga jadi inget review Uci atas buku The Road of Lost Innocence. Buku yang review-nya aja udah bikin aku susah tidur…. jadi jangan tanya apa isi lengkapnya ya, aku ndak berani baca !!

*sigh………..*

Bingung aku harus ngomong apa lagi kalau si mbok mulai cerita soal anaknya itu….. suweeeeeeer aku bingung….. yg bisa kulakukan hanya memintanya untuk terus berdoa untuk keselamatan anaknya…. hanya itu…..
Semoga saja tidak ada hal-hal buruk terjadi pada anak mbok Yem, dan semoga bisa cepet berkumpul lagi dengan ibunya, sehat wal’afiat tak kurang satu apapun…. amiiiiin.

tadinya mau QN aja…

Pengen posting, pengen nge-blog tapi lappy masih angot… Hadaaah, nyebelin bener. Dari td cuma bisa ngintap-ngintip doang pake bleki. Efek sampingnya mata jadi pedez n jempol kesemutan…
Gak pede pula kalo posting gak pake lappy, jangan tanya kenapa, pokok’e bedaaaa aja. Lain sensasinya dah ! *kucek2 mata, pijet2 jempol*

Tp trus inget postingan mak’eDepin yg ceritanya lagi kumat lempengnya hari ini. Lempeng lah, wong kemaren barusan blio-nya njual-njual temennya, diobral pula… Beli satu dapet tiga… Eh lha kok hari ini mak’eDepin lancar banget ngajakin kita2 ini utk bersyukur…
Yo wiiiiis… Melu senang aja deh, n terima kasih sekali sudah diingetken. Walopun ndak ada lappy tp Alhamdulillah msh tetep bisa ol. Jadi bisa mengikuti jejak infotemen investigasi versi buR dan BundaN. Juga berita UMTK alias ujian masuk taman kanak2 di mBatam sono…

Wis ah, tidak ada alasan untuk tidak bersyukur….

Sekolah Kita

Gugling soal SBI kok malah bikin aku tambah mumet ya ? Kemarin dari postingan jeng Kurnia aku sudah mulai dapat gambaran tentang apa itu SBI ( tengkyu banget jeng…. ). Yaaaah, teori-nya sih baguuuuuuussss….. Sekolah dengan anak-anak cerdas dan fasilitas kelas satu. Dan jelas yang namanya fasilitas kelas satu itu kan pasti ada harganya, iya toh ?! Jadi wajar dong, ono rego ono rupo, kalo ndak punya duit ya jangan ngarep dapet barang bagus. Dan tentu saja diharapkan outputnya adalah murid-murid yang cerdas dan mumpuni, siap bersaing di dunia internasional gitu lho…

Tapi lalu bagaimana dengan anak-anak yang berdasarkan kriteria saringan masuk SBI dikategorikan sebagai kurang cerdas ? Masuk kelas reguler laaah…. oke deh ndak masalah kan ? wong ya tetep dapet sekolah ini. Tapi akan mengerikan sekali kalau reguler itu juga bisa diartikan sebagai pendidikan kelas dua, alias beda jauh mutu dan metode belajar mengajarnya daripada yang SBI itu. Sekolah asal sekolah, lulus asal lulus….. kasiyaaaaaaaaaaaaaan deh luuuuuu…..

Paranoid ? bisa jadi, tapi melihat euforia SBI ria disini dan disana, rasa-rasanya ketakutan ini cukup beralasan. Saat ini sepertinya segala daya upaya diarahkan ke SBI ini, semua yang terbaik diarahkan pada program SBI ini. Padahal bukankah setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan terbaik ? Pinter ndak pinter, cerdas ndak cerdas… semua berhak mendapatkan guru yang baik, metode pendidikan yang baik. Dan bukankah setiap anak mempunyai kecerdasan masing-masing, mengukur kecerdasan seorang anak hanya berdasarkan nilai-nilai mata pelajaran tertentu saja rasanya kok juga kurang pas…

Selanjutnya masalah biaya, apa pula yang akan terjadi dengan anak-anak yang sebenernya bisa masuk ke kategori cerdas versi SBI, tapi orang tuanya tidak mampu menyediakan jeti-jeti yang dipersyaratkan ? Masuk barisan penerima pendidikan kelas dua juga kah ?

Mbuh wis…..

Ah, kok jadi inget ma acara cerdas cermat SD Muhammdiyah Gantong vs SD PN Timah di bukunya Andrea Hirata…. ironis ya ?

Masuk SMU

Alhamdulillah, berkat doa prends semua di MP, Farhan diterima di smu al-muslim. Dan sekarang giliran bapak’e Farhan yg kudu pusing mbayar uang pangkalnya…hihihi…
Alhamdulillah ada asuransi sih, tapi tetep saja harus nambah beberapa jeti lagi. Tapi yg penting sudah ayem, anak sudah dapet sekolah yang dekat dengan kriteria sekolah idaman.

Duh, kalo ngomongin biaya sekolah hari gini memang potensial menaikkan tekanan darah orang tua. Lha piye, gak di negri gak di swasta sama aja jeti-jetinya… Spp-nya pun sudah ratusan ribu, bahkan untuk yg program SBI bisa mencapai setengah juta perbulan. Weleh-weleeeh… Padahal gak sedikit orang tua yang penghasilannya masih belom beranjak jauh dari UMR. Lha trus kepiye itu ? Mau disuruh sekolah kemana anak-anak itu ?
Padahal seingatku dulu, jaman sma dul
u ( nun jauh bertahun2 yang lalu ), sma negri adalah harapan untuk mendapatkan pendidikan dengan biaya yang terjangkau. Lalu bagaimana dengan sekarang ? Kok sepertinya sekolah2 sekarang berlomba2 untuk ber SBI ria yang notabene ber spp mahal ria juga.
Okelah dalam satu sekolah dimungkinkan ada dua program, SBI dan reguler. Tapi siapa yang bisa menjamin kalau si reguler tidak dianak tirikan ?

Sebenernya apa sih yg dicari dengan program SBI ini ?

*posting pertama dgn modal jempol, jd maap kalo desainnya minimalis*

koleksi

Gara-gara posting review buku craft kok jadi kepikiran soal koleksi. Iya koleksi… Banyak orang punya sesuatu yang disukai untuk kemudian di koleksi, dari yang biasa-biasa saja seperti perangko, buku, baju, sepatu, tas sampai hal-hal yang luar biasa seperti koleksi pesawat pribadi ataupun koleksi istri….. *bletaaaak…. aduh ! bu Rani sadis amat sih*.

Ada yang tingkat kecanduan koleksinya biasa-biasa saja, alias kalo ada uang ada kesempatan beli ya beli deh…. Tapi ada juga yang sampai dibela-belain keluar duit jutaan dan pergi ke Timbuktu buat nguber barang koleksi idamannya ( sapa tau bisa sekalian ketemu Donal Bebek disana ya ? ).

Trus apa hubungannya sama buku craft ? well, Salah satu benda yang sangat aku sukai dan aku koleksi adalah buku dan majalah craft. Dan sepertinya hobi koleksi buku craft ini adalah hobi koleksi-ku yang paling awet bertahan. Kristal udah nggak lagi alias cukup sudah –dah nggak da tempat di bupet-. Tas udah nggak demam lagi –yaaah… kadang2 kambuh juga sih, kadaaaaaaaang-. Boneka sylvanian juga udah merasa cukup –kecuali ada tempat pajang baru-. Haduuuuh, niat tobat nggak sih ya ? xixixixixi….

Dan salah satu alasanku mensyukuri kondisi punya penghasilan sendiri adalah masalah koleksi-mengkoleksi ini. Dengan punya penghasilan sendiri berarti aku punya sedikit keleluasaan untuk nambah koleksi tanpa mengganggu stabilitas perekonomian keluarga. Lagian aku juga berusaha untuk mensiasati harga-nya juga kok ( biasa doooong, mak-mak gitu lho…. ). Kristal beli di Pasar Ular saja, yg di mall enggak aja deh. Tas, berburu diskonan dong… Atau kalau nggak ya terima level KW aja deh. Boneka sylvanian, aduh ini yang susah .. kw-nya jelek banget !

Bagaimana dengan koleksi buku craft ? Haduuuh, yang ini lebih susah nahannya dari yang lain-lain. Perasaan mata langsung ijo aja kalau lihat buku craft, apalagi buku craft yang sesuai dengan hobi jahit-menjahitku. Dan jangan dibayangkan kalau aku sudah mencoba mempraktekkan semua craft yang ada di koleksi buku craft-ku. Lha wong kadang tu buku craft beralih fungsi jadi buku pengantar tidur nyenyakku di malam hari. Sebelum tidur kadang aku suka membaca, mengagumi, membaca lagi, mengagumi lagi buku-buku craft-ku. Cuma baca-kagumi aja perasaan udah seneeeeeeeeeeeeeng banget….

Buku craft-ku juga gak boleh disimpen bareng buku-buku lain di perpustakaan keluarga kami. Harus dekat dan gampang terjangkau olehku. Jadi di kamar selain tumpukan buku dongeng anak-anak punya Faiz, ada juga tumpukan buku craft yang percaya atau tidak bahkan judulnya saja aku nggak bisa baca… Lha wong pakai huruf Jepang atau Cina je……hehehe. Cukup bahagia hanya dengan membaca gambarnya saja…. norak ya ? biariiiiiin !! Namanya juga barang koleksi, menatapnya saja sudah membuat senang hati….. hahahahaha….

Jadi, apa koleksi-mu kawan ?