Setelah dag-dig-dug sekian lama, akhirnya datang juga tanggal 3 November 2010. Saatnya untuk take off to Mecca…. tapi berdasarkan jadwal kelompok haji kami, kami tidak akan njujug alias straight to Mecca, tapi mampir dulu ke Dubai. Lha kok ? yaaaah, pertimbangannya sih untuk mengantisipasi antrian di King Abdul Aziz airport, rombongan di-istirahatkan dulu di Dubai. Juga untuk mempermudah pengambilan miqot, repot juga bapak-bapak kalau harus ganti baju ihrom di atas pesawat. Walaupun ada juga rombongan lain yang mengambil kemudahan untuk bermiqot dan ganti baju ihrom di bandara King Abdul Aziz Jeddah.
Tapi belum juga take off sudah harus latihan sabar, bukan masalah delay sih -Alhamdulillah no delay-. Namun mengingat rumah yang nun jauh di ujung Bekasi sono, juga mengingat Jakarta yang hujan melulu ( baca : macet ), akhirnya kami berangkat dari Bekasi jam 10 pagi untuk keberangkatan pesawat jam 5 sore. Huehehehe, semangat banget ya ? Ya iyalah, daripada telat, bisa nangis bombay 7 hari 7 malam tuh. Hasilnya kami sampai di Cengkareng sekitar waktu Dzuhur. Jadi ya sabaaaaaaaar….. Belanda, eh jam lima masih jauh…. Dan Alhamdulillah aku sudah punya persiapan untuk urusan tunggu-menunggu ini. Baca bukunya Andrea Hirata dulu deh….
ngopi juga enggak, numpang duduk doang
Selepas Ashar, acara pelepasan dimulai. Lumayan ramai juga sih, secara pengantar banyak. Pak Adi dan bu Adi yang nganter berapa truk tuh ? Nggak banya sih, cukup pak sopir taksi saja. Selain karena hari itu adalah hari kerja, bu Adi juga takut jadi mewek kalau dianterin anak-anak. Belum lagi ancaman huru-hara dan kehebohan kalau Faiz dan Fachri tahu ibuk mau pergi ke Mekah dan ngotot pengen ikut. Jadi, yo wis lah, ambil praktisnya aja, Pesen taksi dan berangkat tanpa ketahuan den bagus Faiz dan Fachri.
diantara kerumunan acara pelepasan
ha kok malah lirak-lirik….
Dilarang foto-foto disini ! kata pak Imigrasi…. *aduh maap pak, sudah naluri sih*
Setelah penerbangan sekitar 9 jam yang melelahkan jiwa dan raga akhirnya kami mendarat di Dubai hampir tengah malam. Harus melewati proses imigrasi yang memakan waktu cukup lama, ngantrinya itu lho. Boyok alias punggung sudah mulai krengket-krengket minta dilurusin, hiks….. Ndak sempet pula menikmati Dubai Int’l Airport yang katanya berkonsep mall *lirak-lirik mupeng*. Ndak sempat pula foto-foto, keburu capek duluan. Mati gaya gara-gara faktor usia dah….
Keluar dari bandara langsung ke hotel. Tapi sampai di hotel bukannya boleh langsung tepar di kamar, lha kok disuruh makan dulu… Aduh, tengah malam nih, makan apa pula judulnya ? Mosok makan malam jam 1 malam sih ? Tapi yo wis lah, nurut saja. Pas lagi makan sembari ngantuk kok ada yang negur, “Capek Bu ?”. Oh ternyata pegawai hotelnya banyak yang dari Indonesia. Sayang lupa nggak diajak poto bareng *kelalen narsisnya*
Besok paginya selesai sarapan ada acara city tour di Dubai. Terus terang aku maleeeees banget mo ikut. Badan masih pegel, mata masih berat. Travelling is not my hobby. Kalau masalah hobi, aku lebih suka ndekem di rumah nge-craft. Dan lagi, bukannya tujuan ke Dubai adalah untuk istirohat ? lha kok mau jalan-jalan. Emoh ah, aku mau lanjutin molor aja di kamar. Tapi berhubung kangmas Adi maunya ditemenin… *ahem-prikitiiw-gedubrag*, akhirnya aku ikut juga, dengan catatan, molor continuing.
pak Adi poto depan masjid
bu Adi tidung depan masjid
poto-poto di pinggir pantai
bu Adi cukup di bis aja, trus abis itu ? ya tidur lagiiiiiiiiii……
well, cuma berusaha untuk konsisten aja kok ( konsisten jadi tukang tidur maksudnya ), ke Dubai mo istirahat buat persiapan ntar kalau ngantri di bandara King Abdul Aziz di Jeddah, jalan-jalan was not my priority. Soalnya dari yang aku baca dan dengar, di bandara Jeddah antrian bisa panjaaaaaaaaang dan lamaaaaaaaaaaaaaaa, bisa berjam-jam. Bahkan di buku yang aku baca bisa nyampai 7 – 8 jam…. wedew…. makin semangat untuk tidur deh di Dubai.
Tapi dari jalan-jalan-tidur-tiduran di bis itu, aku sempat melihat bahwa Dubai adalah kota metropolitan
yang teramat sangat bersih. Papan reklame dan bilboard memang masih mencantumkan huruf2 hijaiyah, tapi selain itu Dubai lebih mirip dengan kota-kota metropolitan di negara-negara barat sana. Sebenernya mau juga sih jalan-jalan di Dubai, tapi bukan dalam kesempatan dan kesempitan mau berangkat ke Jeddah begini. Siapa tau bisa mampir ke pasar emas Dubai, trus beli barang sekilo dua kilo gitu…. *dijitak bos Adi*.
Tapi yo wis lah, pulang dari city-tour-(akutidur), kami langsung makan siang dan siap-siap terbang lagi ke Jeddah untuk selanjutnya menggunakan bis melanjutkan perjalanan ke Mekah. Dan sesuai dengan jadwal, kami berangkat sudah dalam pakain ihrom, untuk mengambil miqot nanti di pesawat. Jadi inilah pak Adi di hotel – Dubai
suit-suiiiiiiiiiiiiiiiiiiit….. *pletaaaaaaaaksss*
lalu balik lagi ke Bandara Dubai untuk terbang ke Jeddah….
lirikan pramugari Emirates….
jujur, tegang juga niiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih…. menunggu pilot memberi aba-aba untuk bersiap mengucapkan niat ihrom dan mengambil miqot…. bismillahirrohmanirrohiiiiiim…..
bersambung-tubitukinyuuuuut yaaa..
catt
– miqot :
tempat-tempat yang sudah ditetapkan untuk memulai ber-ihrom untuk haji dan umrah
– ihrom :
berniat memulai untuk mengerjakan ibadah umroh/haji di miqot dengan diawali melakukan kegiatan persiapan ihrom, mengenakan pakaian ihrom dan mengikatkan diri pada sejumlah larangan ihrom seperti mengenakan pakaian berjahit bagi jemaah pria.