Setelah gagal membuat Bima mati kelelep di sungai Gangga, hati Sengkuni makin terbakar dengki, sudah tiga hari di bawah air kok ya masih bisa nongol lagi to yaaa… rutuk batin Sengkuni. Siang malam tak ada yang bisa dipikirkannya selain bagaimana caranya menyingkirkan Pandawa, demi memuluskan ambisinya untuk mendudukkan Duryudana di singgasana Hastinapura. Api dendamnya pun makin melebar, gak cuma Bima saja yang harus dilenyapkan, tapi semuanya. Satu paket Pandawa bersaudara plus Kunti ibu mereka harus ter-delete total dari kehidupan, hilang lenyap, nyap, nyap, nyaaaaap…. Dari urusan terbakar dengki itu pula, muncul satu lagi rencana jahat Sengkuni. Dan beneran kali ini urusaan bakar-bakaran lah yang menjadi skenario utamanya. Yak, satu lagi dari Mayora Sengkuni, rencana jahat melenyapkan Kunti dan anak-anaknya dengan cara mati terbakar api ! Beneran sadis emang orang, eh wayang yang satu ini….
Otak jahat Sengkuni memikirkan bagaimana caranya membakar Pandawa dan Kunti sampai mati, tanpa menimbulkan tuduhan dan kecurigaan. Harus dibuat tempat pembakaran besar yang bisa membakar Pandawa dan Kunti sekaligus, plus harus disusun rencana untuk memperdaya mereka agar mau masuk ke dalam tempat pembakaran tersebut dengan sukarela. Dan bukan Sengkuni namanya kalau tidak bisa mengarang skenario brilian tapi menjijikan untuk memuluskan rencananya tersebut. Dengan jurus kamuflase ala Sengkuni, tempat pembakaran tersebut dibangun dalam bentuk rumah peristirahatan yang megah dan mewah di atas pegunungan yang diberi nama Bale Sigala-gala.
Tampilan Bale Sigala-gala jelas sangat menyakinkan, resort bintang lima plus-plus-lah istilah hari gini-nya…. Tapi karena fungsi utama dari Bale Sigala-gala adalah untuk membakar penghuninya, sesuai dengan tujuan Sengkuni, maka bangunan tersebut dibuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Bale artinya bangunan, sedangkan gala adalah sejenis bahan perekat seperti semen yang mudah terbakar, jadi cocok-lah antara nama dan tujuannya. Lebih dari itu, ternyata tiang-tiang penyangga Bale Sigala-gala telah diisi dengan sendawa dan gandarukem, dua bahan yang sudah tenar punya daya ledak tinggi. TNT-nya dunia pewayangan-lah… *tsaaah*. Bale Sigala-gala itu sendiri dirancang dan dibangun oleh Purucona, arsitek nomer satu di Hastinapura. Jadi diluar posisinya sebagai bom waktu, untuk urusan kemegahan dan kemewahan Bale Sigala-gala lah juara-nya.
Setelah tempat pembakaran besar ala patih Sengkuni yang diberi nama Bale Sigala-gala selesai dibangun, Kurawa lalu mengundang Pandawa untuk datang dan menginap. Pandawa, yang telah menyerap habis ilmu tulus mengasihi dan berbaik sangka pada siapapun, tentu saja tidak punya kecurigaan apa-apa. Main jawab “iya kami akan datang” saja, padahal wis bola-bali, sudah bolak-balik terbukti pihak Kurawa cuma berlagak sok baik aja, tapi ujung-ujungnya berniat aniaya terhadap Pandawa. Nyebelin sangat bukan ? Gak ngerti deh, itu sebenernya kelebihan atau kelemahan sih ? Baik sangka ya baik sangka, tapi mosok bolak-balik diapusi kok gak kapok-kapok juga… *etdah, malah ngedumel*. Singkat kata, Pandawa langsung konfirmasi akan datang memenuhi undangan Kurawa.
Pandawa memang tidak punya kecurigaan apa-apa, lempeeeeeng aja mikirnya. Tapi paman mereka Yamawidura merasakan firasat buruk. Hati Yamawidura yang punya ketajaman membaca peristiwa yang belum tejadi merasa gelisah. Berasa ada yang gak beres… maka Yamawidura pun memanggil Kanana abdi kepercayaannya. Kanana lalu diperintahkan untuk menyelidiki bangunan Bale Sigala-gala sekaligus membangun terowongan rahasia dibawah Bale Sigala-gala. Terowongan dibuat sebagai secret emergency exit, jalan rahasia untuk melarikan diri bagi Pandawa jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di Bale Sigala-gala. Bukan hal yang mudah untuk membut terowongan rahasia itu, tapi Kanana sanga abdi kepercayaan, berhasil membuatnya. Tak hanya itu, Yamawidura pun mewanti-wanti keponakan-keponakannya agar selalu waspada dant tidak hanyut terbawa hawa pesta hura-hura yang sudah disiapkan Kurawa.
Dan tibalah hari-H nya, pesta andrawina peresmian Bale Sigala-gala. Kurawa memang sudah terbukti mumpuni dalam urusan pesta pora makan minum hura-hura. Pesta kali inipun tidak kalah hebohnya dengan pesta-pesta Kurawa sebelumnya. Tak hanya hidangan dan arak saja yang mengalir tanpa henti, hiburan dan pentas pun silih berganti ditampilkan untuk menghibur semua tamu yang hadir. Semua itu dibuat bukan tanpa tujuan, suguhan kenikmatan dunia dibuat terus mengalir dan luber kemana-mana dengan maksud agar Pandawa terlena dan larut di dalamnya. Semakin Pandawa larut dan terlena, akan semakin hilang-lah kewaspadaan mereka, so makin mudahlah untuk menghabisi mereka.
Sampai sejauh ini berjalan mulus-kah rencana jahat Sengkuni ? Gak jugaaaa… yang terjadi adalah Norak level Sepuluh sodara-sodara… Diluar Sengkuni, Duryudana dan Dursasana, seluruh warga Kurawa dengan mudahnya terhanyut dalam pesta-pora, teler beraaaat. Pesta yang direncanakan untuk melenakan Pandawa, membuat mereka mabuk dan tak sadarkan diri, justru dengan cepat malah menumbangkan para Kurawa dengan suksesnya. Sedangkan Pandawa sendiri masih terlihat baik-baik saja dengan tingkat kesadaran yang prima. Mangkel bener Sengkuni, gondok berat pula Duryudana dan Dursasana. Kebangeten banget deh sodara-sodaranya Duryudana itu, disuruh pura-pura mabok kok malah njebur mabok beneran….
Sengkuni, Duryudana dan Dursasana pantas merasa jengkel dan khawatir, mabok dan telernya para Kurawa tentu saja akan memperlambat jadwal eksekusi Bale Sigala-gala. Yang akan dilenyapkan bersama terbakarnya Bale Sigala-gala adalah Pandawa dan Kunti. Bukan Pandawa, Kunti plus Kurawa mabok…. Jadi dengan terpaksaa Duryudana memundurkan jadwal eksekusi untuk memberi waktu prajuritnya menggotong saudara-saudara-nya yang teler ke luar dari Bale Sigala-gala. Itupun gak bisa cepet-cepet, karena harus dilakukan tanpa menimbulkan kecurigaan pada pihak Pandawa. Gak kebayang rempongnya ngangkut seratus minus dua pemabok keluar dari arena pesta tanpa menimbulkan kecurigaan, hebat juga prajuritnya Duryudana ya… Singkat cerita, semua Kurawa mabok berhasil dikeluarkan dari arena pesta di Bale Sigala-gala. Lalu Sengkuni mempersilahkan Pandawa untuk beristirahat di kamar yang telah disediakan untuk mereka di bagian belakang pesanggrahan.
Tanpa diketahui oleh pihak Kurawa, ternyata Kanana telah berada di ruangan tersebut. Dengan singkat Kanana lalu menyampaikan pesan Yamawidura pada Pandawa, terutama pada Bima, agar tetap waspada dan siap melindungi ibu dan saudara-saudaranya. Kanana juga menunjukkan terowongan rahasia yang sudah dibuatnya, yang dimulai dari sebuah lobang di lantai kamar sampai ke bawah bukit yang aman. Jika terjadi bencana dan keributan, Pandawa harus segera melarikan diri melalui terowongan itu.
Dan benar saja, larut malam yang sepi di Bale Sigala-gala pecah oleh bunyi ledakan dan suara retasan api yang menjalar dengan cepat. Gala alias Jabung mempercepat proses terbakarnya bangunan pesanggrahan, sendawa dan gandarukem menciptakan ledakan-ledakan dahsyat yang merobohkan tiang dan dindingnya. Tak memakan waktu lama, Bale Sigala-gala segera luluh lantak, hancur lebur dilalap api dan ledakan dahsyat. Sengkuni dan para Kurawa tersenyum puas. Merasa bahwa rencana jahat mereka telah sempurna terlaksana. Pandawa tidak mungkin selamat dari kebakaran besar di Bale Sigala-gala, ruangan tempat mereka beristirahat segera dikunci dari luar begitu Pandawa berada di dalamnya. Saksi utama pun telah dilenyapkan. Yak tul, sang arsitek Purucona pun sudah dilemparkan ke dalam api kebakaran oleh prajurit suruhan Duryudana. Ngenes ya ? udah capek-capek kerja, bukannya dibayar malah dibakar…
Keyakinan Kurawa akan kematian Pandawa dan Kunti makin tebal dengan ditemukannya 6 mayat di antara reruntuhan Bale Sigala-gala. 5 mayat laki-laki dan 1 mayat perempuan, pas bener dengan gambaran Pandawa lima dan Dewi Kunti. Tapi sebenarnya 6 mayat itu adalah jenazah 6 pertapa pengembara yang kebetulan mampir pada malam pesta di Bale Sigala-gala untuk mencari makanan dan tempat untuk menumpang tidur. Sekali lagi Kurawa tertipu oleh kesombongan dan kebodohan mereka sendiri. Karena sebenarnya Pandawa dan Kunti berhasil menyelamatkan diri dari bencana yang direkayasa Kurawa berkat kewaspadaan dan kecerdikan paman mereka, Yamawidura.
.
.