Mengurus Perpanjangan Ijin Makam

Hari ini mencoba mengurus sendiri perpanjangan ijin makam ibu mertua di TPU Penggilingan, Jakarta Timur. Pengalaman 3 tahun sebelumnya minta tolong ke petugas yang jaga di TPU malah berujung dongkol bin sebel. Ya gitu deh, manja-manja ga mau urus sendiri jadinya malah ndongkol neng mburi. Duit udah dikasih diawal, dengan tambahan ongkos yang plus-plus, eeeeh kagak jadi-jadi juga tu surat perpanjangan ijin penggunaan tanah makam. Sampai bolak-balik ditagih jawabannya ntar-sok-ntar-sok-mulu. Akhirnya tahun ini niat ingsun mencoba urus sendiri. Harus bisa !

Cari-cari info di inet, akhirnya dapet deh bayangan apa aja yang harus dilakukan. Yang pertama kali adalah datang ke TPU Penggilingan untuk mendapatkan surat pengantar. Tadinya udah males aja mbayangin bakalan ketemu petugas yang dulu lagi…. dih segitu dendamnya ya, qiqiqi…  Tapi alhamdulillaaaah, kagak kejadian deh tuh membuka luka lama. Petugas yang aku temui adalah wajah-wajah baru yang ramah dan baik-baik. Sebelum diproses, aku diminta menunjukkan lokasi makam almarhum Ibu, sepertinya itu ada hubungannya dengan penataan dan pendataan ulang TPU.

Selanjutnya aku dibuatkan surat pengantar ke kelurahan untuk membayar retribusi. Ohya, dokumen yang harus disiapkan adalah :

  • surat perpanjangan ijin penggunaan tanah makam sebelumnya
  • Kartu Keluarga ahli waris yang mengajukan ijin
  • KTP ahli waris yang mengajukan ijin

Mbak cantik yang bertugas di TPU Penggilingan lalu menyiapkan berkas pengajuan ijin yang akan dibawa ke Kelurahan. Setelah itu aku diminta membuat copy berkas sebanyak 2 set. Dan juga membeli materai 6000 rupiah untuk ditempel di surat pengantarnya. Satu copy berkas diserahkan ke petugas, satu copy lagi untuk disimpan pemohon, sedangkan aslinya yang bermaterai dibawa pemohon untuk diajukan ke Kelurahan.

Bisa pilih kelurahan mana saja untuk mengajukan permohonan ijin, asalkan masih di wilayah DKI Jakarta, karena sistemnya sudah online. Qodarullah kelurahan terdekat dari TPU Penggilingan adalah Kelurahan Jati. Jadilah aku kesana, dan langsung antri di loket PTSP alias Pelayan Terpadu Satu Pintu Kelurahan Jati. Dapet antrian nomer 94. Wah nomer gede juga ya, qiqiqi… tapi dari pemandangan yang terhampar di depan mata *uhukss*, kayaknya ga bakalan lama sih antrinya. Dan alhamdulillah, beneran gak lama. Banyak nomer yang kosong tanpa pemilik, hehehe…  Singkat cerita Kelurahan kemudian memberikan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), SKRD ini harus dibayarkan di Bank DKI melalui teller, untuk mendapatkan tanda terima resmi  ber-stempel. Gak bisa lewat ATM.

Proses selanjutnya meluncur ke Bank DKI terdekat, wich is Bank DKI KCP Rawamangun. Rada keder juga nih urusan ke bank-nya. Bukan apa-apa, lokasinya itu lho… di samping toserba TipTop Rawamangun yang udah sohor macetnya ituuuh. Dan memaaaang…. ada kali 15 menit  mobil diam tak bergerak dalam kondisi nunggu antrian untuk parkir dowang. Begitupun di dalam bank, antri lagi…. dapet nomer 35, pada posisi antrian teller ada di nomer 26. Kali ini gak ada skip nomer seperti di Kelurahan tadi, semua nomer beneran ada yang pegang. Dan jangan sedih, teller tampak sendirian tanpa teman selama beberapa waktu. Jadi ya gitu deh, sabar yeee…. Rada bete juga sih sebenernya, bayar retribusi 40 ribu rupiah tapi antrinya mayan panjang. Coba bisa bayar di ATM bersama yak…

Selesai bayar  udah lumayan siang, sekitar jam 11 lebih. Sempet khawatir nggak keburu balik ke Kelurahan sebelum jam istirahat siang, tapi alhamdulillah lokasi bank dan kelurahan lumayan deket. Walaupun sempet nyasar karena salah belok, gak sampai muter-muter alhamdulillah bisa nyampai lagi deh ke kantor Kelurahan Jati. Setelah menyerahkan tanda setor SKRD ke petugas PTSP Kelurahan Jati, Surat Perpanjangan Izin Pengunaan Tanah Makam sudah bisa dibawa pulang, asli gak pake lama.

Catatan untuk petulangan kali ini *haishpreeet*. Jangan keder duluan ama birokrasi, insyaAllah keadaan sudah lebih baik dari jaman dahulu kala… Ribet ? iya sih, sempet kepikir ribet amat sih musti bolak-balik kelurahan bank kelurahan. Tapi menurutku hal itu lebih menjamin uang yang kita setorkan tidak akan salah alamat, semua tercatat rapi dalam sistem yang sudah online se DKI Jakarta. Bank sebagai pintu penerimaan dana dan Kelurahan sebagai pihak yang berhak mengeluarkan ijin. Penerimaan uang dan hak pemberian ijin kalau dipegang satu pihak saja rawan mengundang penyelewengan, gitu sih katanyaaaaah….

Soooo…. Alhamdulillah urusan perpanjangan ijin pemakaian tanah makam selesai dalam waktu beberapa jam sahaja.

 

 

 

.

 

 

 

Fachri dan Les Piano

Sebagai bagian dari terapinya, Fachri ikut les drum dan juga piano. Alhamdulillah sejauh ini perkembangannya cukup baik, untuk ukuran emaknya lah at least, hihihi…. Untuk urusan drum simbok angkat tangan aja deh, kagak punya pengalaman pukul-pukul drum. Jaman kecil dulu jangankan gebug drum, pukul bedug masjid deket rumah aja kagak pernah… takmirnya galak euy. Tapi kalau untuk piano, dikit-dikit aku taulah. Jaman dahulu kala pernah ngerasain belajar keyboard, walaupun hasil akhirnya masih jauh dari level pemain organ tunggal kondangan. Paling enggak masih bisa lancar baca not balok kunci G. Modal banget deh buat nemenin bocah ngerjain PR les piano-nya.

Untuk les piano ini, ada guru yang dipanggil ke rumah.  Sulit nemu tempat kursus resmi yang buka kelas khusus untuk anak autis. Di Jakarta mungkin banyak, tapi di area Bekasi masih susah. Pertimbangan lainnya adalah tujuan utama Fachri les piano memang bukan untuk membuat ntu bocah jadi pianis, tapi lebih ke terapi untuk membantu tumbuh kembang Fachri. Jadi gak perlulah ujian-ujian dan ijasah resmi seperti yang biasanya ada di tempat-tempat kursus musik formal.

 

20171021_141534.jpg

 

Saat ini Fachri belajar piano menggunakan buku Lina Ng, Piano Lesson Made Easy.  Dengan kemampuan komunikasi Fachri yang masih terbatas, buku Lina Ng sangat membantu Fachri dengan kesederhanaan pelajaran, dan tampilannya yang cukup atraktif. Emaknya pun juga terbantu, tidak harus keponthal-ponthal saat nemenin belajar, masih bisa ngikutinlah, pelan-pelaaaaan.

 

20180626_085047.jpg

 

Selain buku praktek piano, ada juga buku teori-nya. Sangat membantu Fachri untuk belajar membaca not balok. Tantangan belajar not balok adalah satu not balok  melambangkan lebih dari 1 pesan, ada nada dan ketukan. Lumayan berat juga untuk memberi pemahaman pada  Fachri, dengan kemampuan komunikasinya yang masih tertinggal jika dibandingkan dengan anak-anak seumurnya. Perlu pengulangan dan latihan berkali-kali. Saat ini belajar bersama Fachri bisa diibaratkan dengan mengukir batu dengan tetesan air, pelan-pelan dan butuh kesabaran, tapi tetap akan memberikan hasil meskipun memakan waktu lebih lama, alhamdulillah, aamiiiin….

 

 

 

.

Tentang Kebun

Gak tau mimpi apa, pekan kemarin kebun di rumah dapet kehormatan diliput JawaPos TV. Masup tipi ciiing, hahaha… norak yew. Ya mayan surprise juga lah, secara kebon cuma sak uprit gitu, gak kelasnya kebun keren berhektar-hektar penuh bunga aneka warna, ehem…. Tapi mungkin memang yang ingin diliput adalah jenis kebun rumahan dengan nara sumber emak-emak yang memang hobinya berkebun. Sooo… jadilah kebun Ciketing yang ketiban sampur masuk liputan.

Kalau ngomong soal luas, dengan ukuran kira-kira 6,5 x 5 meter kebunku memang bukan termasuk kebun yang luas. Tapi untuk skala perumahan menengah di Bekasi sudah cukup lumayanlah, lumayan lega untuk nanem beberapa macam tumbuhan dan njejerin beberapa pot. Walapun kalau nurutin penginan sih maunya akuisisi kebon tetangga sebelah juga, wkwkwk…. Ya begitulan impen-impen emak-emak  maruk berkebun, banyak mau tapi belum tentu mampu, qiqiqi….

Dari awal membuat kebun, memang sudah diniatkan untuk membuat kebun bunga. Sejalanlah lah ya dengan kesenenganku pada tanaman berbunga. Tapi seperti yang sudah banyak diketahui, umumnya tanaman berbunga cantik hanya bisa tampil maksimal di dataran tingi yang berhawa syeeejuuuuk. Sementara itu posisi Bekasi yang berada di 19m dpl  menghadirkan limpahan hawa fanaasssh nyaris di setiap waktu. Jadi, kudu pinter-pinter pilih tanaman berbunga yang bisa tumbuh baik pada kondisi hawa panas Bekasi tercinta ini.

Sampai saat ini aku cukup puas dengan pilihan Kembang Sepatu, Soka, Vinca dan Mossrose yang lumayan mendominasi kebunku. Jenis-jenis tanaman berbunga diatas lumayan rajin berbunga, dan yang penting tidak menuntut high maintenance life stye, hihihi…. ya maklumlah, tukang kebon angin-anginan, kadang rajin, seringnya males. Untuk tambahannya ada tecoma stans, bauhinia cockiana, bougenville, lollypop plant dan beberapa pohon mawar yang sudah terseleksi bisa tetap berbunga di hawa panas. Oh ya, saat ini aku juga sedang belajar sabar memelihara anggrek, tanaman berbunga cantik yang lumayan perlu ilmu untuk pemeliharaannya.

Untuk centil-centilannya, uhuksss… aku memilih tema shabby chic garden. Rasanya pas aja dengan cita-cita kebun bungaku, karena sependek yang aku tahu, shabby chic garden bisa di-identik-kan dengan tebaran bunga dimana-mana. Tinggal menambahkan beberapa elemen taman dengan warna-warna lembut dan/atau sentuhan shabby alias mbladus. Lah, jadi kebanyakan ngomong nih, bosen lah ya, qiqiqi…. yuk lah tengok kebonnya aja….

 

20180118_1055371325571313.jpg

 

20180118_2056011844202715.jpg

 

20180126_145400840245029.jpg

 

Point of interest memang di bangku taman dengan atap lengkung itu, yang dicita-citakan untuk rambatan tanaman berbunga. Bakalan cantik banget kan, kalau lengkungan itu dipenuhi bunga cerah ceria…. Untuk saat ini aku menanam Morning Glory warna biru di posisi itu. Tapi memang butuh waktu untuk mewujudkan impian lengkung penuh bunga, tanaman gak bisa diburu-buru dan berkebun memang butuh kesabaran.

Selanjutnya, beberapa foto detail kebun yang aku tambahkan secara bertahap sesuai kemampuan dompet, hehehe….

 

20180118_073342822331564.jpg

 

20180101_085705177083567.jpg

 

wp-1516953480621..jpg

 

20180122_071929429647675.jpg

 

img_20171219_075840_513582306796.jpg

 

20180127_07485938544689.jpg

 

 

20180127_081802-12120307972.jpg

 

img_20171210_082129_858788373237.jpg

 

img_20171028_101903_266540189590.jpg

 

img_20170924_093828_7061320736397.jpg

 

20180118_1329451335425113.jpg

 

img_20170806_104415_495336083715.jpg

 

img_20170222_204710_7471392147762.jpg

 

screenshot_20180127-084059291444428.jpg

 

img_20180106_171804_9631698000535.jpg

 

img_20180114_162509_721985455552.jpg

 

20180127_0832501208834956.jpg

 

20180127_073513376879871.jpg

 

Walaupun kecil alhamdulillah bisa menyejukkan mata dan hati, cukup nyaman untuk tempat menikmati teh di sore hari…

so ? berkebun yuk…. 🙂

 

 

c360_2018-01-18-09-20-52-731834857601.jpg

 

 

 

 

 

.

Cupcake Bersama Bocah

Entah kesambit ide dari mana, ibu-ibu kelas 3 SD Melati Indonesia menjatuhkan tugas ngajarin anak-anak membuat cupcake padaku, emak dengan tampilan Rambo berhati Rinto ini, qiqiqi… Mungkin karena sering melihat aku pamer hasil  sulam dan kristik di wall fb-ku ( udah jamaklah ya, emak-emak jaman now selain di dunia nyata, sambung menyambung juga di dunia sosmed ), jadi langsung ambil kesimpulan bahwa urusan hias menghias bisalah di-gabrug-kan ke mama Fachri alias diriku ini.

Yaaah, sebenernya pernah juga sih dulu bikin cupcake dengan hiasan fondant, pas dulu Faiz ultah, pernah aku post juga di blog-ku ini. Tapi itu udah lama bangeeeet… printilan alat-alat-nya pun udah lama banget tersimpan di lemari. Entah masih lengkap atau udah ada yang tercecer mbuh nang ndi… Jadi deh bongkar-bongkar peralatan masak-ku. Alhamdulillah masih ada, dan alhamdulillah masih bisa nambah cetakan fondant-nya dengan cara call a friend alias minjem ke temen, hehehe….

Daaan, sebagai langkah pertama tentu saja bikin cupcake-nya lah ya. Tadinya pengen beli jadi aja, males gitu, hehehe… Tapi karena show-nya *uhuk deh ah* hari Senin jadi bisalah Ahad sore bikin kue-nya. Khawatir juga nanti diameter cupcake-nya gak cocok dengan cetakan fondant punyaku. So, hayuklah bikin kue….

 

20170928_080904

 

Alhamdulillah setelah 3 kali bikin adonan, jadi juga 40-an cupcake yang layak tayang. Layak tayang ? iyaaaa, ada beberapa cupcake yang sukses menghitam alias gosong pinggirnya. Nasib tukang kue modal oven tangkring nih, hihihi… jadi terbit lagi deh keinginan untuk punya oven gas cantik yang mihil itu… Tapi itu ntar aja dah ah, secara mood untuk baking suka angin-anginan juga, eman-eman duite

Daaan, Senin pagi inilah rombongan kue layak tayang yang kubawa ke sekolah Fachri, Melati Indonesia Bekasi.

 

20170928_073842

 

dan ini adalah contoh yang kubawa untuk pengenalan pertama ke anak-anak. Sengaja bikin yang simpel aja, gampang untuk anak-anak dan gampang untuk aku juga, hahaha….

20170928_073905

 

Rada deg-degan juga sih, secara belom ada pengalaman ngajarin anak-anak di depan kelas. Tapi cuek sajalah, sok cool gitu… Bismillah.

20170928_073750

 

Untuk sesi pertama aku ajak anak-anak menghias kue dengan fondant. Menghias cupcake dengan fondant bisa menjadi pengalaman yang seru untuk anak-anak, karena fondant bentuknya mirip lilin permainan atau playdough, yang bisa dibentuk macam-macam sesuai keinginan. Selain warnanya menarik, fondant juga bisa dimakan dan rasanya manis.

Alhamdulillah anak-anak antusias sekali, seru mencoba beberapa cetakan fondant yang kubawa. Ada juga yang berkreasi sendiri, membuat hiasan tanpa menggunakan cetakan.

IMG-20170911-WA0132

 

IMG-20170911-WA0129

 

 

 

 

 

Seperti yang sudah kuperkirakan, waktu ternyata masih tersisa cukup banyak. Jadi aku  lanjut dengan menghias kue menggunakan butter cream. Tidak seperti fondant yang bisa dibentuk dengan menggunakan tangan atau cetakan sederhana. Butter cream harus dibentuk menggunkan spuit. Agak ribet juga sih kalau untuk anak-anak, tapi cari yang gampang aja deh, yang penting hepi aja sih kalo anak-anak. Bikin bentuk ulir sederhana dengan spuit bunga, lalu tabur gula confetti diatasnya.

20170928_071543

 

 

 

20170911_111935

 

 

Alhamdulillah, walaupun gurunya level abal-abal, anak-anak senang dan antusias mencoba pengalaman baru menghias cupcake dengan fondant dan butter cream. Untuk yang dihias fondant, hasilnya bisa dibawa pulang dengan kotak cupcake yang dibagi untuk masing-masing anak. Sedangkan yang berhias butter cream bisa langsung dimakan di kelas. Agak riskan juga sih kalau dibawa pulang, iso mlenyok, hahaha…. *what is mleyok in bahasa indonesia ?*

Dan selain anak-anak, ternyata ada yang kepengen ikut nyobain juga, hahaha…

 

20170928_071625

 

20170911_112910

 

20170911_112456

 

 

 

Alhamdulillah, pengalaman yang sangat menyenangkan….. 🙂 🙂 🙂

 

20170911_110001

 

 

.

BantengExpo 2017

Sepertinya sudah resmi tiap tahun ada 2 kali pameran tanaman di lapangan Banteng. Seingatku ini sudah tahun ketiga, ada pameran   tanaman dan hewan lain selain Flona. Tahun kemarin ada Florina di bulan Mei dan Flona di bulan Agustus.  Mungkin karena dianggap terlalu mirip, tahun ini pameran pertama berjudul Banteng Expo 2017, bukan lagi Florina.

Tapi whatever apalah judulnya, sing penting kudu hadir, hehehe… Maka jadilah hari Ahad kemarin aku bela-belain dateng ke Lapangan Banteng, meski hidung mamfet gegara pilek. Sempet sulit cari parkir karena pas hari itu ada acara di Istiqlal, akhirnya aku nemu spot parkir yang rada jauh dari arena pameran –sigh-. Tapi daripada balik kanan bubar jalan, udah jauh-jauh Bekasi-Banteng je…

Masuk gak dari gerbang utama, tapi tetep doong, kudu potret gerbang dulu, biar saaaah…

 

20170226_184033.jpg

 

Maapkan juga kalau foto gerbangnya cuma seuprit, secara parkir depan gerbang penuh bus pengunjung Istiqlal. Jadinya kalo mundur dikit lagi posisi ambil fotonya, ntar malah dapet bonus gambar buntutnya bus…

Tidak seperti Flona yang berhias stand-stand dinas dibawan Pemprov DKI, Banteng Expo hanya berisi lapak peserta pameran yang menjual tanaman, hewan peliharaan, barang-barang sarana pertanian dan beberapa lapak penjual makanan. Dan yang gak pernah ketinggalan, pedagang kerak telor tentu saja.

Jumlah peserta pameran sepertinya  juga tidak sebanyak Flona, tapi lumayanlah, sangat menghibur hati penggemar tanaman seperti aku ini… *uhuk-uhuk*

 

wp-1488108836638.jpg

 

20170226_183525.jpg

 

20170226_183638.jpg

 

20170226_183701.jpg

 

wp-1488109055098.jpg

 

20170226_183752.jpg

 

20170226_183820.jpg

 

20170226_183848.jpg

 

wp-1488109146706.jpg

 

wp-1488109160211.jpg

 

wp-1488109167222.jpg

 

20170226_184104.jpg

 

20170226_184137.jpg

 

20170226_184202.jpg

 

20170226_184234.jpg

 

wp-1488334581700.jpg

 

wp-1488109045815.jpg

 

Selain lapak-lapak tanaman seperti diatas, ada juga lapak penjual hewan peliharaan seperti kelinci atau burung. Ada juga penjual alat-alat pertanian/berkebun yang sepertinya cukup tanggap dengan mewabahnya virus shabby-shabby-an yang melanda ibuk-ibuk kekiniaan, menyediakan rak tanaman bercat putih, dengan bentuk sepeda. Lucu dan harganya juga ga mahal-mahal banget, tapi jangan terlalu diarep juga sih awetnya, hahaha… apalagi kalau sering kena hujan dan panas di kebun.

Pameran berlangsung dari 24 Februari sampai 28 Maret 2017, so yang pengen kesana masih ada waktu kira-kira sebulan dari sekarang, sempetin nengok ye, n belanja juga…

yuk berkebun… 🙂

 

 

 

 

 

.

 

Jogjaaaaa….

Akhir tahun ada 2 tanggal merah yang cukup berdekatan, dua kali hari senin. Di tanggal 26 Desember 2016 dan tanggal 2 Januari 2017. Mayanlah kalau ditambah cuti, ada cukup waktu untuk pulang kampung dan sedikit halan-halan bareng. Dengan cuti 4 hari dapet libur 10 hari. Tujuan utama sih teteeep, Solooooo… dengan selingan ke Jogja di tanggal 27 dan 28 Desember 2016, alias hari Selasa dan Rabu-nya.

Berangkat dari Solo pagi, setelah anak-anak sarapan, mayanlah gak usah jajan sarapan di jalan. Alhamdulillah jalanan lancar jaya tanpa macet. Sesuatu yang mungkin gak bakal kejadian kalau halan-halannya saat libur Lebaran. Tujuan pertama adalag Yogyatorium-nya Dagadu, karena Fachri nge-fans banget sama kaos MalMan alias Malioboro Man-nya Dagadu.

wp-1483406188772.jpg

 

wp-1483406200879.jpg

 

Sayang gak dapet kaos yang ditaksir karena kehabisan ukuran yang pas. Cari di ukuran anak-anak ? kagak bakalan ada yang muat, boros badan semua. Jadi ambil aja yang ada ukurannya, walaupun gak ada  gambar si MalMen di kaosnya. Timbang ora nenteng apa-apa to ? Wis pokoknya jadi turis kudu nenteng belanjaan dah, hihihi…. Dari Dagadu lanjut ke De Mata, yang lokasinya ternyata gak terlalu jauh. Alhamdulillah ketemu, dengan bermodalkan Google Map lah ya.

Agak harap-harap cemas juga, takut uyel-uyelan disana. Maklum lah, dimari tujuan wisata bisa dipastikan bakalan penuh saat liburan, apalagi kalau sudah ada fotonya beredar di medsos. Ya iyalah, lha wong aku sendiri taunya juga dari upload/posting temen di medsos, hehehe…

 

wp-1483408354603.jpg

 

Mungkin karena masih terhitung pagi, sampai di De Mata masih belum terlalu uyuk-uyukan. Langsung beli tiket yang terusan, De Mata 1, De Mata 2 dan De Arca. Udah nyampe TKP kan kudu dijabanin semua yang bisa ditonton lah… Turis ga mau rugi gitu lho…

Dan inilah beberapa foto hasil kunjungan ke De Mata dan De Arca Jogja…

 

wp-1483365085502.jpg

 

wp-1483406524232.jpg

 

wp-1483403639354.jpg

 

wp-1483365193967.jpg

 

wp-1483366073857.jpg

 

wp-1483367031849.jpg

 

wp-1483403566250.jpg

 

wp-1483403639354.jpg

 

wp-1483403581620.jpg

 

wp-1483403606165.jpg

 

wp-1483403529844.jpg

 

wp-1483365273761.jpg

 

wp-1483366999946.jpg

 

wp-1483403552148.jpg

 

wp-1483408233128.jpg

 

wp-1483367012566.jpg

 

wp-1483403656807.jpg

 

wp-1483404814884.jpg

 

wp-1483366885422.jpg

 

wp-1483403515383.jpg

 

wp-1483366982317.jpg

 

wp-1483403538466.jpg

 

wp-1483403414389.jpg

 

wp-1483403734408.jpg

 

alhamdulillah lumayan seru… 🙂 🙂

 

 

 

 

.

Demi Sebuah Kursi

Saat ini aku memang lagi ( kumat ) berburu pernik ala shabby chic ( lagi ), untuk mengisi kamar Rahma. Perabotan sudah dipilih yang berwarna putih polos. Walaupun aku bukan penggemar shabby chic garis keras, tapi aku merasa klop banget dengan pemilihan warna putih ini. Selain karena terlihat bersih, juga memberi kesan ringan dan lapang untuk ruangan yang tidak terlalu besar. Untuk tempat tidur, lemari dan meja belajar sudah nemu yang cocok dengan keinginan. Tapi bukan emak-emak sejati dong, kalo gak usaha sana-sini nemu barang dengan harga yang lebih murah.

Sebenernya di tempat aku beli tempat tidur dkk juga menjual kursi putih yang sesuai. Tapi sekali lagi, namanya juga emak-emak perhitungan, kalau ada kursi yang lebih murah kenapa enggak ? Dan berkat hobi jelalatan di lapak ala shabby chic di instagram, akhirnya aku nemu online shop berjudul Leatique_deco, yang offline shop-nya berlokasi di Bandung. Timbang sana-sini, dan terutama karena harganya yang jauh lebih murah, akhirnya aku memutuskan untuk membeli kursi disitu. Berat di ongkos kirim ? enggak juga, wong kursinya aku ambil sendiri pas sekalian halan-halan ke Bandung.

Sempat tersendat-sendat karena kemacetan –weekend at Bandung gitu lho-, akhirnya nyampai juga ke lokasi Leutiq_deco, berkat bantuan google map. Ternyata lokasi Leutiq_deco berada di dalam Kampung Tulip, sebuah tempat wisata yang sempat aku baca ulasannya beberapa kali di internet. Jadi sambil ambil kursi pesenan sambil liat-liat seperti apa Kampung Tulip itu. Dan jujur saja, menurutku tidak terlalu menarik sih, tapi memang Kampung Tulip cukup bisa dipamerkan fotonya di media sosial. Lha piye to, cuma bagus kalo difoto gitu ? Ya gitu deeeeh, kalau foto kan ga bisa mewakili keseluruhan landscape. Singkatnya, lumayanlah kalau cuma buat ajang selfie buat ditampilin di medsos, hehehe… Dan buatku daya tarik utama kampung Tulip adalah si Leatique_deco itu.

Leatique_deco menempati sebuah rumah yang berkesan mbladus, pas dengan tema shabby chic-nya. Mau tau isinya seperti apa ?  yuk mari intip lewat jepretan kamera hape-ku…

.

20161009_201914.jpg

.

wp-image-284339465jpg.jpg

.

wp-1476018839798.jpg

.

wp-image-342236790jpg.jpg

.
wp-1476019000586.jpg.

wp-image-2125201234jpg.jpg

.

wp-image-652194547jpg.jpg

.

wp-image-427976188jpg.jpg

.

wp-image-2077256371jpg.jpg

wp-image-1783371980jpg.jpg

.

wp-image-1385452461jpg.jpg

.

wp-image-759529445jpg.jpg

.

wp-image-1900131322jpg.jpg

.

wp-image-1655887197jpg.jpg

.
wp-1476019077557.jpg

wp-image-669162042jpg.jpg

.

wp-image-545263154jpg.jpg

.

wp-image-1467055405jpg.jpg

Secara keseluruhan aku cukup puas bisa berkunjung ke Leatique_deco, walaupun cuma satu ruangan kecil,  tampilan toko/show room-nya tidak berbeda jauh dengan tampilan foto-foto yang dipajang di online shop-nya di instagram. Sedangkan untuk kursinya sih, ya so-so lah, sesuai dengan harganya. Belum sebagus furniture putih yang aku beli di uni home, tapi untuk skala industri kecil/rumahan sudah lumayanlah.

.

wp-image-2054687020jpg.jpg

Takut Ketinggalan Sepur

Gara-gara kecemplung di instagram, aku terbawa jadi pengamat hastag ootd, kadang ngikut jadi pelaku juga sih, qiqiqi… bukan, bukan ootd yang opo-opo tandangi dewe, tapi outfit of the day dooong… Posting foto diri dengan memakai baju dan segala ubo rampe-nya seperti tas ,sepatu plus aksesoris yang dipakai di hari itu di media sosial, dengan tempelan hastag ootd. Seru ? seru sih… Kalau citizen journalism memberi jalan untuk menjadi jurnalis dadakan, hastag ootd seperti membuka peluang untuk mejadi model dadakan, hihihi…. Kalau dulu kita ( kita ? guwe aja kelessss… ) hanya bisa memandang mupeng bin iri pada model-model cantik yang bisa mejeng di media massa dan dikagumi banyak orang, sekarang terbuka lebar kesempatan untuk tampil eksis di media sosial sebagai ‘model’ dan  syukur-syukur bakalan banyak jempol atau tanda love merah yang mampir, uhuks deh ah…

Lha tapi masalahnya, rasa-rasanya makin kesini kok makin terasa aura mekso-nya…. ootd kan seharusnya ( at least menurutku ), beneran baju yang dipakai pada hari itu, digunakan saat melakukan kegiatan ini dan itu. Ha ning kok muncul caption seperti ini :

 

13582143_10209581847413660_5571711708545801833_o

 

Preloved dipakai 5 menit ootd. Bukan mau menyinyiri, sekedar numpang takjub aja sih, betapa dahsyatnya virus ootd di media sosial. Beli baju mihil, dipake bentar buat foto, upload dengan hastag ootd, lalu dijual…

Beberapa waktu lalu aku sempat baca tentang ‘penyakit’ baru orang-orang jaman sekarang, nama wabahnya FOMO, kepanjangan dari Fear Of Missing Out, alias takut ketinggalan kereta, takut ( dianggep ) ketinggalan trend… Posting jual baju diatas mungkin salah satu akibat dari ulah si KOMO, eh FOMO itu kali ya…  Maksain bener beli baju branded hanya untuk ikut rame-rame ber ootd ria. Gak update dong kalo gak upload ootd dengan baju branded seri terbaru dengan #ootd #brandini #branditu…. Dan karena niatnya memang ‘cuma’ untuk menghapus FOMO, ya wis lah, habis foto terbitlah lego, juaaaal…

Dijual karena salah beli ? Dalam dunia belanja online kasus salah beli memang sering terjadi sih…. lha tapi kalo memang salah beli alias merasa gak cocok, mosok njut dipakai untuk bergaya ala model di media sosial to ? Untuk bisa tampil pede jaya raya bak model di medsos kan kudu haqul yaqin dengan baju yang dipakai, yang gak bakalan kejadian kalau bajunya masuk kategori salah beli. Tag kagak dilepas pulak… *garuk-garuk jidat*

Mbuh lah wis, jangan-jangan nanti pembeli selanjutnya bakalan melakukan hal yang sama. Beli, pake buat foto, upload ootd, lalu lego… ngono ae terus, begitu aja terus sampai beberapa tangan, sampai tag-nya lecek….

 

dan begitulah, saat tuntutan untuk eksis begitu memaksa….

 

 

.

 

 

 

 

 

Vinca dan Zinnia di Kebunku

Belakangan ini aku lagi seneng majang Vinca alias Tapak Dara di kebun, di samping Zinnia alias Kembang Kertas. Dua-duanya merupakan tanaman yang gampang banget perawatannya tapi sangat rajin berbunga, alias gak abis-abis pamer kembang.Walaupun sayangnya keduanya merupakan jenis tanaman annual, atau tanaman yang tidak berumur panjang. Setelah selesai siklus berbunga dan menghasilkan biji, mereka akan mati. Gak peduli mau dirawat di IGD spesialis tanaman paling canggih sekalipun *etdah mbok* .

Tapi ga papa lah, meskipun gak forever n ever, tapi beberapa bulan menikmati kebun penuh bunga sudahlah cukup buatku. Toh nanti bisa diganti lagi dengan tanaman baru yang bisa ditumbuhkan dari biji-biji yang ditinggalkan tanaman induknya. Perlu usaha dikit sih, kumpulin biji lalu semai dan rawat sendiri sampai besar dan berbunga. Tapi kalaupun enggak mau ribet menyemai sendiri, mari kita belanja isi kebun di lapak tanaman terdekat, hahaha… *tukang kebon pemalas*

Jujur aja sih, sampai saat ini aku baru sukses menyemai Zinnia saja, karena bijinya lebih mudah dipanen. Sementara untuk Vinca aku masih mengandalkan isi dompet untuk beli tanaman yang sudah jadi, qiqiqi… Tapi sering juga nemu anakan Vinca yang tau-tau nongol aja di lokasi yang tidak terlalu jauh dari tanaman induk, alhamdulillah….

8371_10209009947676524_6431661597893630956_n

 

13102830_10209137870994527_5901340782927981199_n

 

12961742_10208907212388206_159267591947308071_n

 

12347740_10207963102146040_2662463551327249333_n

 

12936495_10208963445513999_1321516160190715745_n

 

1591_10208159380772883_7705370776330908996_n

 

12401811_10208146205803517_117863560797355068_o

 

12088379_10207650833819527_919012322262076609_n

 

12087812_10207606510351468_2946208061741355864_o

 

13267816_10209328305715276_1826278379906168390_n

 

12105982_10207585734232078_4555004849878782768_n

 

8174_10208014476430365_3904145496260666005_n

Florina 2016

Jenis pamerannya sama, tanaman dan hewan peliharaan alias flora dan fauna, lokasi juga sama, di Lapangan Banteng. Tapi aku tidak tahu pasti apakah pameran yang satu ini sama dengan pameran Flona yang biasa digelar pemprov DKI tiap tahunnya. Mirip pulak namanya… tapi what ever lah, sing penting bisa cuci mata dan cuci dompet *ngikngok* disana. So, niat ingsun kudu nyamperin tu pameran dah. Kalau bisa di awal-awal waktu, saat kondisi masih anyar gress kinyis-kinyis, masih seger …

Pameran dimulai 29 April sampai dengan 29 Mei 2016. Demi mengejar target kekinian, ehem… aku nyamper ke Lapangan Banteng pada hari Ahad, 1 Mei 2016. Rada was-was juga sih, karena hari itu bertepatan dengan peringatan hari buruh, yang sering diasosiasikan dengan kerusuhan dan kemacetan. Tapi alhamdulillah yang dikhawatirkan tidak terjadi, berangkat lumayan pagi dari Bekasi, sampai di Lapangan Banteng dalam waktu relatif cepat. Dapet parkir juga gampang. Sip….

.

aaa

 

 

dsc_2594.jpg

 

Tampilan gerbang Florina cukup cantik, walaupun menurutku tidak semegah gerbang Flona. Lanjut halan-halan ke dalam …

.

dsc_2598.jpg

.

dsc_2605.jpg

.img_20160523_124113.jpg

.

dsc_2609.jpg

.dsc_2606.jpg

.

dsc_2626.jpg

.

dsc_2637.jpg

 

img_20160523_123851.jpg

.dsc_2603.jpg

.

dsc_2616.jpg

.

dsc_2615.jpg

.

 

dsc_2613.jpg

.

 

dsc_2610.jpg

..

dsc_2679.jpg

..

dsc_2716.jpg

.

dsc_2661.jpg

 

dsc_2665.jpg

.

dsc_2653.jpg

.

dsc_2648.jpg

.

Di bagian fauna lumayan rame juga, tapi aku gak berani deket-deket, selain gak tahan aromanya, merinding juga lihat yang melata disana, hahaha…

 

dsc_2630.jpg

.

dsc_2608.jpg

.

 

Dari beberapa lapak yang ada, lapak anggrek satu ini bener-bener breathtaking. gerbangnya aja sudah penuh anggrek…

dsc_2702.jpg

.

dsc_2714.jpg

 

dsc_2704.jpg

.

dsc_2692.jpg

.

dsc_2711.jpg

.

dsc_2708.jpg

.

dsc_2696.jpg

.

dsc_2720.jpg

.

.dsc_2709.jpg

.

dsc_2705.jpg

.

dsc_2718.jpg

.

dsc_2706.jpg

 

dsc_2710.jpg

.

Secara umum sih Florina ini sama dengan Flona-nya Pemprov DKI, tapi skalanya lebih kecil. Jumlah lapak tidak sebanyak Flona, juga tidak ada stand yang mewakili dinas-dinas yang ada di lingkungan Pemprov DKI, jadi agak sepi juga lah, hahaha…. Tapi Florian 2016 menurutku tetap menjadi pilihan yang bagus untuk cari-cari tanaman hias, atau untuk sekedar halan-halan di akhir pekan sembari cari yang ijo-ijo untuk menyejukkan mata, yuk mari…. 🙂

 

.

dsc_2675.jpg

.

.

.