Tentang Sepatu(ku)

Topik sensitip nih sebenernya… *benerin kudungan*. Bukan apa-apa, dalam perjalanan panjang hidupku, pencarian sepatu nyaris selalu bertabur kisah pilu… ewwww, kok jadi idih banget sih ini, qiqiqi… Tapi ya gitu deeeeh, sejak jaman SD dulu di masa rekiplik, aku memang susah menemukan sepatu yang cocok dengan ukuran kakiku. Lha iya, dengan badan bongsor diatas rata-rata ukuran anak seusiaku, tentu saja  ukuran kaki aka ukuran sepatunya juga lebih gede lah dari anak-anak lain. Dan sebagai penambah rasa pilu, gegara badan bongsor pulak, aku sering disangka anak tunggakan, alias anak yang hobi kagak naik kelas, huhuhuhu…. pengen ta’ kepret  papan tulis deh tu penyebar isu, huh. Kagak tau apa, aku selalu ranking satu… *asli pamcol, pamer colongan*

Eniwei, balik ke urusan sepatu, mulai tahun-tahun terakhir SD, alias kelas 5 atau 6, setiap akan beli sepatu, yang pertama ditanyakan haruslah ada ukurannya gak. Bakalan berakhir manyun dan manyun lagi kalau udah milih model tapi ternyata kagak ada yang muat di kaki, sakitnya tuh disini sodara-sodaraaaaa… *tunjuk jempol kaki* . Dan itu sempat terjadi berkali-kali sampai aku harus menyerah pada keadaan, pas bener deh ama judul lagu dangdutnya bang Hamdan ATT, Pasrah…. Kagak usah kecentilan cari model sepatu yang imut-kiyut, yang penting jempol kaki kagak menderita, itu sudah cukup… *hikshikshiks*.

Dari SD-SMP-SMA, lanjut aja terus kagak bisa bercentil-centil ria pake sepatu cantik. Gak terlalu dirasa juga sih sebenernya, karena saat pake seragam sekolah ya pantes-pantes aja pakai sepatu olahraga atau sepatu kets yang pilihan ukuran gedenya lumayan banyak. Tapi begitu gak pake seragam sekolah lagi, mau gak mau  harus punya sepatu model pantofel juga. Jadi mari kita pesen saja. Harus pake usaha dikit gpp, yang penting gak sepatu kets-an terus sepanjang masa. Nah, untuk urusan pesen sepatu aku sudah cocok banget dengan toko sepatu Bakti yang ada di Solo. Jadi kalau pas pulang kampung, selalu ada jadwal untuk nyamperin tu toko, pesen sepatu untuk ukuran spesialku, 42. Dan selain sepatu pantofel biasa, di toko Bakti aku juga kesampaian punya sepatu boot sangar ini, hahaha…

.

 

Dan alhamdulillah, seiring dengan kemajuan jaman dan teknologi… *apasiiiiih*, aku mulai bisa beli sepatu dengan cukup mudah, tanpa harus pesen dan nunggu dulu. Tidak semua merk atau model ada ukuran yang cocok sih, tapi sudah mulai ada pilihan.

.

yang ini 41, nomer paling besar untuk brand sepatu itu. Sayangnya pas terakhir kali aku ke tokonya, ternyata untuk seri barunya sudah gak ada lagi nomer 41. Mentok di 4o saja. Ora muaaat…

.

nah kalau yang ini aku beli online, produk Bandung, lumayan enak dipakai.

.

Mulai gampang beli sepatu, mulai kambuh dong centilnya. Gak cuma pengen sepatu yang muat di kaki, tapi mupeng juga liat sepatu blink-blink ala emak-emak seleb instagram…  *pengakuan tulus korban OOTD*.

Setalah berbulan-bulan nyari berbekal segunung harapan *ejiyeeee*,  akhirnya nemu jugaaa…

.

untuk brand ini ternyata nomer 41 juga sudah muat. Si mbak yang jual mpe geli sendiri liat aku girang banget nemu sepatu ini. Rejeki fashionista sholeha, wkwkwwk…. *mintak ditimpuk bakiak*

.

Daaaan, gak sampe disituu, ternyata yang namanya ide kreatif memang ga ada abisnya… pengen sepatu centil ? gak perlu pusing-pusing-sebel cari yang ukurannya cocok dulu. Sepatu polos yang ada pun bisa tampil cling dengan aksesori tambahan….

.

bros sepatu, produk Surabaya, sayang aku lupa nama produsennya, nemu di Solo Square pas pulkam Lebaran kemarin

.

sepatu Bakti yang polos pun jadi makin cantik,

ayo cintailah produk-produk Indonesia…. 🙂

.

Mudik Akhir Tahun

Biasanya kami mudik formasi lengkap hanya setahun sekali, pas Lebaran. Tapi deretan tanggal merah di akhir tahun kali ini terlihat sungguh menggiurkan, cuti 4 hari dengan hasil akhir 2 pekan liburan. Plus pas juga waktunya dengan libur anak sekolah. So, mari kita mudiiiik….

Walaupun sudah memperkirakan adanya macet, tapi perjuangan mudik kali ini memang termasuk istimewa, berasa de javu mudik di tahun-baru awal pernikahan dulu.  Saat itu belum ada tol Cipali maupun  tol Pejagan, dan kondisi jalur pantura juga belum selebar sekarang.

Kami memutuskan mudik hari Kamis 24 Desember 2015. Dari pantauan beberapa hari sebelumnya, tol Cikampek yang menjadi jalur hits saat euforia mudik berlangsung, sudah mulai padat merayap sejak awal pekan tanggal 21 Desember. Lumayan bikin pegel karena searah dengan jalurku pulang kantor. Melihat kecenderungan makin padatnya tol Cikampek, Masboss memutuskan untuk menghindari tol Cikampek dengan mengambil jalan menyusur Kalimalang, jalur yang pernah dilewati saat Masboss saat bersepeda Purwakarta-bekasi dulu.

Lumayan menghemat pegel sih, hehehe… Sambil menikmati suasana sepanjang jalur non tol Cikarang,  Karawang sampai Cikampek. Sampai Cikampek akhirnya memutuskan untuk masuk tol Cipali dari pintu tol Kalihurip. Hanya bertahan sampai gerbang tol selanjutnya, akhirnya diputuskan untuk keluar tol dari exit Plumbon. Selain karena macet, serem juga melihat antrian di rest area tol Cipali. Mending keluar deh… Meskipun jalan biasa alias non tol juga sama macetnya, tapi setidaknya ada lebih banyak pilihan tempat untuk istirahat, makan dan sholat. Dan yang paling penting urusan ke toilet juga lebih mudah, maklum emak-emak, hihihi…

Sempat berhenti dan numpang sholat di pasar batik Cirebon,  lalu makan siang yang terlambat di resto yang menunya tinggal ayam bakar doang -sangking banyaknya pengunjung sebelumnya-, beberapa alfamart dan indomaret untuk isi ulang logistik yang cepet bener tipisnya, dan rest area di tol Semarang. Alhamdulillah akhirnya sampai juga di Solo setelah hampir 20 jam perjalanan.

Berjam-jam di mobil memberi kesempatan ngobrol ngalor-ngidul bareng anak-anak. Satu hal yang mungkin agak sulit dilakukan pada kesempatan biasa. Walaupun ada selingan simbok keluar tanduk juga saat Rahma dan Faiz kumat Tom and Jerry syndrome-nya.  Satu lagi untuk disyukuri, kali ini Fachri sudah mulai tertarik untuk membaca tulisan yang dilihatnya di sepanjang perjalanan, entah itu yang ada di bilboard, papan nama toko, atau di rambu-rambu jalan made in DLLAJR.  Hal yang sederhana mungkin, dan barangkali agak telat untuk anak seukuran Fachri.  Tapi sangat membahagiakan bagi kami, mengingat kondisi Fachri.

Perjalanan bukan sekedar berpindah dari titik A ke titik B,  tapi juga menikmati dan mensyukuri setiap kejadian yang mengiringi, bukan begitu sodara-sodaraaa?
Selamat berlibur….  🙂 🙂 🙂

Kangen Solo

.

Beberapa hari lalu aku nemu tautan tentang Kompetisi Tulisan Tentang Solo. Dan swiiiiing…. tiba-tiba ada rasa hangat menyapa dihati *aiiiissssh*. Apa kesanku tentang Solo ?  Tapi sebelumnya lebih baik diperjelas dulu sih, dimana posisi-ku saat ini… orang Solo kah ? pengunjung Solo kah ? atau mantan orang Solo ? dan jawaban terakhir mungkin adalah jawaban yang paling tepat. Sudah lebih dari 25 tahun aku melepaskan status warga Solo. Jadi kalau saat ini aku ditanya apa kesanku tentang Solo, kalimat yang bersliweran di kepalaku adalah kenangan, masa muda, sahabat lama,  dan segala macam istilah yang berhubungan kuat dengan masa lalu. Aku lahir dan dibesarkan di Solo, melewatkan sebagian besar masa sekolah di kota itu. Bangku kuliah-lah yang akhirnya membawaku keluar dari Solo, berlanjut hingga bekerja dan membangun keluarga jauh dari kota kelahiran.

Dan saat berada jauh dari Solo, dengan bangga aku akan mengatakan bahwa aku orang Solo, meskipun kadang  dipaido alias tidak dipercaya gara-gara nama dan postur tubuhku yang tdak nJawani sama sekali. Putri Solo kan terkenal ayu gandes luwes sementara aku lebih cocok di sub-judul grasak-grusuk bin pecicilan. Sementara nama Pingkan tidak mengindikasikan Jawa sama sekali,  nama perempuan Jawa biasanya lekat dengan akhiran -ti, -ning ataupun -sih. Jadi nama Susilowati, Nuringtyas atau Naningsih, cocok lah untuk orang Jawa … jadi kalau nama Pingkan ? ewww, yakin sampeyan orang Jawa ? Hahaha…

Saat masih tinggal di Solo, Solo dan segala isinya kuterima sebagai sesuatu hal yang biasa saja, memang begitulah adanya, take it for granted-lah istilah londo-nya. Dan begitu menjalani hari-hari di ibukota, sadarlah aku, betapa berharganya Solo, dan aku kehilangan Solo… Solo dengan iramanya yang tenang, Solo yang masih memberi kesempatan menikmati pagi tanpa takut dikejar waktu, Solo dengan  percakapan berbahasa Jawa-nya yang ramah dan renyah, Solo dengan berbagai jajanan yang pas di lidah dan kantongku…. Segala sesuatu yang dulu begitu mudah kudapatkan sehari-hari, beralih posisi menjadi sesuatu yang sulit kutemui. Maka jadilah, aku didera kangen Solo, dan ‘pulang kampung’ adalah frasa ajaib untuk menyembuhkan demam kangen-ku.

Mungkin aku termasuk beruntung karena kuliah di kota yang relatif tidak jauh banget dari Solo ( lagian kapan sih orang Jawa rugi… :p ). Jarak yang membentang masih bisa ditempuh dalam waktu satu malam saja dengan menggunakan alat transportasi darat. Berangkat sore, malamnya tidur di bis dan besoknya sudah bisa menghirup udara pagi di Solo. Jadi di tahun-tahun awal kuliah aku masih sering nekat, sempat gak sempat kudu sempat pulang ke Solo, nyaris sebulan sekali. Berangkat Jum’at sore dan Senin pagi sudah nongol lagi di kampus-ku di daerah Jurangmangu-Bintaro. Sampai-sampai kenek bis Jakarta-Solo di terminal Lebak Bulus sudah bisa niteni dan menyapa ramah,  “Kondur mbak ?”, ah belum menjejakkan kaki disana-pun aroma Solo sudah menemui-ku di pintu bis antar kota, hehehe….

Saat ini, hal itu memang sudah tidak bisa kulakukan lagi. Kesibukan dan tanggung jawab sebagai pekerja dan ibu empat anak tidak mengijinkan aku untuk sering ubyang-ubyung pulang ke Solo seperti jaman kuliah dulu. Dan moment yang paling kutunggu untuk menuntaskan kangen Solo-ku adalah saat pulang kampung di hari raya alias mudik Lebaran. Selain untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan keluarga, mudik juga memberiku kesempatan untuk bertemu lagi dengan sahabat-sahabat lama, baik yang sama-sama terseret nasib pindah dari Solo, ataupun yang masih menetap di Solo. Lalu ‘napak tilas’ muter-muter di kota Solo sambil mengingat-ingat dan membandingkan mbiyen piye saiki piye kondisi Solo dulu dan sekarang.

Mustahil-lah menginginkan ketemu Solo yang sama persis plek dengan Solo yang dulu. Sudah seperempat abad berlalu sejak aku menanggalkan status sebagai warga Solo, jelas sudah sangat banyak yang berubah. Dan saat ini boleh-lah aku umuk membanggakan Solo yang makin cantik dimataku. Fasilitas sosial dan fasilitas umum yang tertata rapi, mulai dari city walk cantik yang membentang di jalan utama kota Solo,  lalu Stadion Manahan dan hutan kota-nya, Monumen 45 di Banjarsari, sampai terminal baru Tirtonadi dengan tampilan barunya yang  kinclong. Belum lagi event-event budaya yang sering diadakan dan terjadwal rapi di Solo, seperti Sekaten, Grebeg Maulud, Maleman Sriwedari, Solo Batik Carnival, Festival Keroncong sampai  Solo International Performing Arts  atau SIPA

Saat ini Solo bukan lagi sekedar kota untuk pulang saja bagiku.  Lebih dari itu, pulang ke Solo juga memberiku kesempatan untuk berwisata bersama suami dan anak-anak. Ada kereta uap Jaladara dengan jalur istimewa yang membelah pusat kota Solo, bus wisata Werkudara, taman Balekambang, museum Radya Pustaka sampai situs-situs peninggalan jaman kerajaan yang banyak bertebaran di Solo dan sekitarnya. Dan sebagai mana lazimnya emak-emak *aheeeem*, wisata belanja termasuk dalam daftar kegiatan wajib-ku. Untuk urusan belanja batik, Kampung Batik Laweyan-lah tujuan utamaku. Senang rasanya blusukan di perkampungan yang dari jaman dahulu kala sudah terkenal sebagai daerah sentra batik. Jalanan yang tidak terlalu lebar dan bangunan-bangunan yang masih mempertahankan gaya bangunan lama benar-benar memberikan sensasi wisata belanja tersendiri. Selain itu ada juga Pasar Klewer yang sudah  menjadi legenda pasar batik di Solo. Atau  kalau ingin mampir ke pasar lain yang menyediakan berbagai pilihan batik, masih ada BTC ( Beteng Trade Centre ) atau PGS ( Pusat Grosir Solo ) yang berlokasi di Gladag, tidak terlalu jauh dari Pasar Klewer Solo. Atau kalau ingin berbelanja barang antik, sempatkan untuk berkunjung ke pasar barang antik Windujenar di kawasan Ngarsopuran,dijamin kalap deh, hahaha….

Untuk urusan wisata kuliner, anak-anak tidak pernah mau melewatkan kunjungan ke soto Triwindu. Pun masih ada pilihan makanana lain yang sedap untuk disantap seperti sego liwet, tengkleng, selat Solo, sate buntel, tahu kupat, timlo solo sampai mencoba uniknya sate kere di kawasan Ngarsopuran. Untuk urusan camilan, ada srabi notosuman, sosis solo, kue lekker, sampai roti mandarijn toko roti Orion yang sudah sohor dari jaman dahulu kala itu. Masih ditambah lagi dengan berbagai camilan kering seperti keripik paru, usus ayam goreng, intip ( nasi kering ) goreng, dan berbagai snack tradisional lain yang mudah didapatkan di toko oleh-oleh yang banyak tersebar di Solo. Untuk urusaan wisata kuliner, bisa dibilang Solo termasuk  surganya…..

Sebagai ‘mantan’ warga Solo, aku bangga karena Solo sudah banyak berbenah dalam posisinya sebagai kota tujuan wisata. Pilihan wisata budaya, wisata alam, wisata belanja dan wisata kuliner menawarkan banyak pengalaman menarik bagi para pengunjung Solo, bahkan untuk aku yang pernah cukup lama tinggal di Solo dan bisa dibilang sudah ‘kenyang’ Solo…..

Solo pancen ngangeni…. 🙂

.

.

.

.

Istana Mangkunegaran

.

keraton Kasunanan

.

Museum Radya Pustaka

.

Pasar Gede Solo

.

Taman Balekambang

.

Pasar barang antik Windujenar

.

kampung Batik Laweyan

.

pasar Klewer

.

acara budaya Grebeg Maulud

.

pagelaran Wayang Orang

.

wisata kuliner Gladag Langen Boga

.

sepur kluthuk Jaladara

.

bis tingkat Werkudara

.

.

foto-foto dari : http://www.surakarta.go.id

.

Halan-Halan : Taman Herbal Lawu

Libur Lebaran kemarin selain nyamperin Batu_Malang, aku juga masih sempat munggah sedikit ke arah Tawangmangu, lebih tepatnya ke Taman Herbal Lawu yang ada di Karangpangan, Karanganyar. Taman Herbal Lawu sendiri adalah proyek beberapa teman SMA-ku yang  menaruh perhatian pada pelestarian dan pemanfaatan potensi-potensi kekayaan dan keanekaragaman alam, hayati, dan kultural Nusantara. Dalam web-nya di http://herbal-lawu.blogspot.com , disebutkan bahwa misi Tamah Herbal Lawu adalah mempromosikan pengetahuan dan pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan herbal melalui taman, perpustakaan, edukasi, studi, penelitian, acara, berbagi pengalaman, kampanye, dll. Keren lah wis pokoknya, apalagi jika dibandingkan dengan ‘misi’ berkebunku yang cuma pengen ngumpulin ( dan pamer, ahem… ) tanaman bunga  sebanyak-banyaknya sampai jejel uyel-uyel ra karuan…. *umpetin tumpukan pot*

Berangkat dari rumah Kerten-Solo cuma bertiga, barengt Fachri dan pengasuhnya, karena masBoss dan 3 anak yang besar sudah balik duluan ke Bekasi. Tapi Alhamdulillah ada tambahan peserta, Astin teman SMA-ku, plus suami dan putrinya yang paling kecil, jadi gak berasa sepi lah… Eh jujurly, Astin ikut  digeret-geret dalam rangka jadi petunjuk jalan juga , lha wong walaupun dulu pas jaman SMA *entah abad keberapa itu* aku lumayan sering ke Tawangmangu dalam rangka hiking-kemping-hiking, tapi posisi Taman Herbal Lawu-nya sendiri ada dimana aku juga belum ada bayangan sama sekali.

Pengakuan selanjutnya, sebenernya aku lumayan keder juga harus nyetir melewati jalur Solo-Tawangamangu. Rada ngeri aja sih ngebayangin harus ketemu bis gede ngebut di jalur antar kota, sementara di Jakarta aku lebih sering ketemu metromini dan  jalanan yang macet. Ning pokok’e diniati aja deh, Bismillah…  sluman-slumun-mbah slamet, hehehe…. berangkaaaaaaaaaaat…..

.

turis dari Ciketing…. :p

.

.

Alhamdulillah perjalanan lancar jaya merdeka, dan disambut pemandangan khas dataran tinggi di Karangpandan. Dan inilah penampakan awal Taman Herbal Lawu….

.

.

.

.

bangunan utama ini adalah perpustakaan. Tapi lihat sekeliling aja dulu deh…

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sebenernya masing-masing tanaman itu punya nama dan khasiat sendiri-sendiri, tapi berhubung pengetahuanku soal tanaman obat masih teramat sangat memprihatinkan, jadi aku hanya bisa unjuk gambar aja. Gambar pun  seadanya, semampu kamera hape menjepretnya… *banyak bener alesannya*.

Lanjut ngintip isi perpustakaannya. Kesan pertama adalah rapiiiii dan bersiiiiiiih…..

.

.

.

.

.

.

dan lihatlah apa yang kutemukan, ( jaman muda ) guwe bangeeeeeet…. 😀

ada si Lupuuuuuuuuusss…. jadi ngikik sendiri ingat Boim, Gusur, Fifi Alone, Poppy, Lulu…. Haisssssh, untung perpustakaannya lagi sepi, jadi gak ada yang nimpuk sendal gara-gara terganggu cekikikannya emak-emak yang lagi nostalgia jaman muda dulu… :p

.

ada Hardy Boys jugaaa …. Trio Detektif, Lima Sekawan, Malory Towers…. beneran berasa balik ke jaman abege  lagi,hahahaha… Tapi gak semua buku jaman dulu kok, ada juga buku cerita jamannya anak-anakku seperti bukunya Catherine Wilson yang beberapa kali kubeli untuk Rahma.

.

.

Dan Alhamdulillah Fachri juga lumayan betah di situ….

.

.

.

Setelah puas ketawa-ketiwi dan inspeksi isi perpustakaan, akhirnya tengah hari pamit pulang. Tapi sebelum itu, poto-poto duyuuu, teteeeeep…..

.

narsis is d way of life… :p

bocah ganteng , turis dari Bekasi…. 🙂

makasih buat Astin yang sudah bersedia jadi guide… 😀

.

Dalam perjalanan pulang sempet ketemu rombongan pawai 17 Agustus-an. Lha iya karena saat itu hawanya memang masih beraroma 17-an juga sih… Kagum juga sih dengan kreativitas dan ‘kenekatan’ warga. Motor yang rodanya cuma 2 bisa ‘disulap’ menjadi  jeep, tank, bahkan helikopter…. Sayang aku tidak bisa mengambil gambarnya dengan lebih jelas. Gak mungkin lah driver merangkap tugas jadi tukang foto pada saat bersamaan. Jadi hanya bisa motret buntut pawainya aja nih, pas dicegat untuk memberi jalan iringan-iringan pawai lewat….

tiga kendaraan di depan itu isinya motor sodara-sodara, didandani jadi kendaraan roda 4 jaman perang …. lumayan bikin takjub juga sih. Tapi yang membuat aku heran adalah yang satu ini :

ini maksudnya apa coba ? emang jaman dulu ada pejoang maju perang naik motor begini ?

Haiiish sirik aja sih… sing penting kan hepi, ikut berpartisipasi… tul kan ? 😀

Merdeka !!

.

.

Jowo Jadul

Beberapa bulan terakhir ini aku ma masAdi punya kesenengan baru, mengisi akhir pekan dengan dinner berdua saja, huehehe…. asik toh ? dimana ? di angkringan hik depan komplek perumahan kami. Ngglosor duduk lesehan di tiker yang dihampar di emperan ruko, dengan menu sego kucing sak uba rampe dan wedang jahe, mat wiiiiss….

 

Sebagai penjelasan, masWiki menuliskan bahwa :

Angkringan (berasal dari bahasa Jawa ‘ Angkring ‘ yang berarti duduk santai) adalah sebuah gerobag dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasa terdapat di setiap pinggir ruas jalan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di Solo dikenal sebagai warung hik (“hidangan istimewa a la kampung”) atau wedangan. Gerobag angkringan biasa ditutupi dengan kain terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8 orang pembeli. Beroperasi mulai sore hari, ia mengandalkan penerangan tradisional yaitu senthir, dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.

Angkringan yang di depan kompleks perumahan kami memang tidak sekumplit dan selengkap angkringan yang di Solo atau Jogja. Tapi lumayanlah, sudah cukup mewakili dengan sego kucing, tempe dan tahu bacem, sate usus, sate ati-ampela, sate puyuh dan sate ceker ayamnya… Mungkin makanan yang di sajikan tidaklah istimewa, dan sangat jauh dari empat sehat lima sempurna. Tapi aku menikmati atmosfer yang ada di cafe ala Jawa itu. Ngobrol ngalor-ngidul sambil terseret irama alon-alon dalam menghabiskan makan malam porsi camilan itu. Lha piye to, yang namanya sego kucing itu kan tiga kali disendok juga udah habis tandas masuk perut semua. Sesekali si bapak empunya angkringan juga ikut nimbrung komentar ini-itu, jadi deh aku mengasah kembali kemampuan conversation in Javaneese kromo madyo-ku, sementara mas Adi cukup ngerti saja tapi tak bisa ngomong jowo, hehehe….

 

Yen ta’ pikir-pikir… ngunduri sepuh alias seiring umur yang makin matang *mangga kaleeeee… takut bener ngomong tuwir, qeqeqe… *, rasanya aku jadi semakin seneng mengumpulkan berbagai hal yang bisa menghubungkan aku dengan masa kecilku dulu di Jawa sonoooo…. Hang-out duduk lesehan di angkringan misalnya, menikmati aroma Jawa yang jelas ndak akan bisa aku temukan kalau hang-out-nya di Starbuck *kayak pernah ngangkring di setarbak aja*

 

Tapi mungkin hal itu tidak berlaku kalau aku masih tinggal di Solo kali ye ? pan tiap hari juga ude ade temen ngomong jawa, enggak kayak di Bekasi sini, mau ngomong Jawa aja kudu nyari sparing partner dulu, wkwkwkwk….

 

Bahkan dalam mendekor rumah pun aku memilih kembali jadi orang Jowo, ndak peduli yang lagi trend itu gaya minimalis, aku maunya tetep jowo jadulers, huehehehe…..

 

 

 

 

Pamer Solo

Pagi ini aku sarapan macet ! ampun dah… Padahal dari rumah berangkat seperti biasa, setengah enam teng. Nganter sekolah Farhan dulu ke Tambun, lalu berangkat ke Rawamangun lewat pintu tol Grand Wisata Bekasi Timur. Baru jalan kira-kira 3 km, udah ngoooooooook ! Spedometer gak bisa nunjukin angka lebih dari 20 km/jam, padat meratap dah…. hiks.

Ampuuuuuuuuuuun…. itu kan baru kilometer 16, alias masih jaoh banget dari pintu tol Jatibening Timur yang biasanya menjadi biang antrian pagi hari di tol Jakarta-Cikampek. Ada kecelakaan kaleee, batinku. Palingan ntar lagi juga lancar, batinku ngarep sengarep-ngarepnya… Tapiiii, ternyata tidak ada apa-apa sodara-sodaraaaaa…. nggak ada mobil ciuman, pun nggak ada juga mobil ngambek dijalan. Cuma kebanyakan kendaraan di jalan aja ! Hedeeeeew, perasaan beberapa bulan yang lalu dengan jam berangkat yang sama aku masih punya sisa waktu barang 10 mpe 15 menit sebelum absen kantor ditutup. Tapi sekarang ? Gak janji dweeeeeh…

Jadi inget pak presiden dan komentar pepesan kosongnya soal pembangunan infrastruktur transportasi Jakarat. Eh lha kok trus jadi inget ada berita indah dari Solo kotaku tercinta, tentang upaya pemda Solo untuk membangun sistim transportasi massalnya. Ada railbus di kota Solo lho…. *pamer dooooong*

gambar dari : sini

kereta ini bakalan melayani jalur Solo-Wonogiri pp, melalui jalur kereta api peninggalan jaman Belanda dulu. Jadi railbus ini akan melintasi kawasan perkotaan, pusat kegiatan ekonomi seperti pasar dan mall di Solo, asik toooo ? Pas sebagai moda transportasi massal yang mendukung denyut nadi kegiatan sosial-ekonomi di kota Surakarta *copas pidato pejabat*.

Tapi selain railbus, ada juga kereta api uap Jaladara yang melewati jalur yang sama dengan si railbus. Bedanya, rute kereta uap Jaladara hanya sampai di stasiun Sangkrah -masih di dalam kota Solo- dan mempunyai misi khusus sebagai kereta api wisata.

ini dia si kereta uap Jaladara. gambar dari : sini

asik juga toooo ? numpak sepur sambil liat-liat Solo. Dalam perjalanannya si Jaladara ini akan berhenti dibeberapa persinggahan wisata kota Solo sepert Loji Gandrung, Pasar Pon, Ngapeman dan ngGladag. Dan ngomong-ngomong soal ngGladag, jangan lupa ada dua penunggu yang setia ngejogrog disitu sejak dari jaman dahulu kala, perkenalkan ini dia penjaga gerbang masuk Kraton Kasunanan Solo…..

patung Dwarapala yang nama tenarnya di Solo adalah patung ngGladag.
gambar dari sini

dulu suka iseng nggembusi alias ngibulin anak-anak kecil, alkisah dua patung rakasasa bertampang sangar ini bakalan marah bin ngamuk kalau denger suara peluit kereta yang lewat didepan mereka. Ya eyalaaaaaah…. kalau denger gitu lho… qiqiqiqi.

Ealaaaaaaaah dari grundelan soal macet di jalan kok malah jadi ngrasani Solo to yaaaa….. ora ono hubungane ? ndak berhubungan ? ha yo ben biarin….. Tapi aku berharap banget semoga upaya pemkot Solo untuk membangun Solo yang humanis dengan transportasi massalnya ini terus berlanjuuuuuuuuuuut…. tidak macet alias tidak mangkrak di tengah jalan, amiiiiiiiiiiiin.

kangen Solo…. *mendadak mellow*

Rumah Masa Kecilku…

Aku suka banget postinga Nita tentang mudik tahun ini ( dimari ) , foto-fotonya juga…. Mengingatkan aku pada ndusun-ku di Temanggung sono. Iya sih, saat ini kalau bicara mudik, yang dimaksud adalah mudik ke Solo, my home town, jadi anak-anakku mudik ke rumah mbah uti-nya alias ibuku di Solo. Tapi sewaktu masih bocah *seakarang sih udah otw simbah*, mudikku adalah ke rumah kakek dari pihak ayah yang ada wilayah Temanggung, kota kecil yang terletak di antara Jogja dan Semarang sana. Dan suasananya mirip-mirip dengan yang digambarkan Nita di postingannya itu.

Tapi trus gambar rumah kosong yang ada dibagian bawah postingan itu mengembalikan ingatanku pada rumah orang tuaku sendiri di Solo…. Bukan penampilan fisiknya, tapi lebih pada situasi yang ada sekarang. Dulu rumahku lumayan ramai dengan adanya bapak-ibu, aku, kakak dan adikku, juga ada simbah kakung dan simbah putri ( dari pihak ibuku ), trus ada bude-pakde dan juga bulik, masih ditambah murid-murid bapak dan ibuku yang datang bergantian. Tapi sekarang…. lengang…..

Kalau dihitung-hitung sudah ada 6 lelayu ( orang wafat ) di rumah itu. Dimulai dari mbah putri, mbah kakung, bapak, pakde, budhe dan yang terakhir bulik. Rumah itu sudah kehilangan banyak penghuninya. Belum lagi aku dan saudara-saudaraku pun praktis sudah tidak tinggal di rumah itu begitu kami lulus SMA dan kuliah, yang dilanjutkan dengan bekerja dan tinggal di luar kota Solo.

Dulu waktu Bapak baru saja meninggal, Ibu pernah menelpon dan mengeluhkan suasana rumah yang nglangut….sepi…. Duh, rasanya pengen langsung pulang ke Solo saat itu juga. Tapi tentu saja tidak bisa semudah itu, bagaimanapun juga aku sudah berkeluarga, aku sudah punya tanggung jawab sendiri. Dan aku yakin Ibuku juga tidak menuntut aku untuk pulang saat itu juga. I know her… she just need someone to talk to, dan aku anak perempuan satu-satunya. Jadilah kami ngobrol panjang kali lebar, ngalor bin ngidul lewat telepon. I wish i could do more than that… *sigh*

Alhamdulillah saat ini ada keluarga adikku ( istri dan anak2nya ) di rumah Solo.  Sementara adikku sendiri bertugas di Marisa, kota kecil di Gorontalo sana. Jadi ibuku tidak sendirian thok-til di rumah besar itu, ada ponakan-ponakan a.k.a cucu2 ibuku dan iparku yang Alhamdulillah baik hati, gematidan cocok dengan ibuku. Tentu saja, suasananya tidaklah sama dengan waktu aku masih tinggal di situ. Bayang-bayang rapuh, tua dan tanda-tanda gilasan waktu semakin nampak terlihat.Tapi itulah tempat aku dibesarkan, tempat aku pulang untuk menemukan akar hidupku…

 

ini dia rumah masa kecilku dulu…..

 

 

 

 

halaman belakang….

 

lupa ini namanya pohon apa, yang jelasa daunnya bisa untuk obat asam urat. Kemarin pas aku pulang kok daunnya pas berwaran pink begini, cantiiiik deh….

 

 

 

 

hapus balas lollytadiah menulis on Sep 22, ’10 pingkanrizkiarto} berkata Mengingatkan aku pada ndusun-ku di Temanggung sono  Oouuuwww… orang Temanggung juga tho…??? *nemu satu lagi orang Temanggung di MP ini…*

hapus balas fendikristin menulis on Sep 22, ’10 bener2 ngangeni Mbak Ping..rumah-nya besaaarrrrrrrr

hapus balas dinithea menulis on Sep 22, ’10 rumahnya buuesaar…itu pohon salam bukan?

hapus balas bundaeisha menulis on Sep 22, ’10 wah aku jadi pingin ke solo, rumahnya sejuk ya mba ping

hapus balas annisaanggiana menulis on Sep 22, ’10 pohon nya lucu… ;p welcome back Bu ping!!

hapus balas ibufarhansarah menulis on Sep 22, ’10 Jadi merenung kalo saya tua nanti….anak2 udah besar ahhh moga2 masih lama hehehe

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 lollytadiah} berkata Oouuuwww… orang Temanggung juga tho…??? *nemu satu lagi orang Temanggung di MP ini…*  half-blood jeng….. xixixixi….

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 fendikristin} berkata bener2 ngangeni Mbak Ping..rumah-nya besaaarrrrrrrr  iya, tapi ngongkosinnya juga beraaaaat….. wkwkwkw…

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 dinithea} berkata rumahnya buuesaar…itu pohon salam bukan?  bukan sih kek-nya…. aduh, apa yaaaaaa…. lali tenaaaaaaaaaaaan

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 bundaeisha} berkata wah aku jadi pingin ke solo, rumahnya sejuk ya mba ping  ayok ke Solo…. sejuk, wong depannya kayak alas/hutan gitu…. 😀

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 annisaanggiana} berkata pohon nya lucu… ;p welcome back Bu ping!!  iya lucu ! tengkiyuuuuh…:))

hapus balas raniuswah menulis on Sep 22, ’10 pingkanrizkiarto} berkata iya lucu ! tengkiyuuuuh…:))  buk Pinknya juga lucu.. Peace BUK

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 ibufarhansarah} berkata Jadi merenung kalo saya tua nanti….anak2 udah besar ahhh moga2 masih lama hehehe  iya, suka kepikiran begitu juga…. 😦 tapi waktu cepet berlalu lho jeng….

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 raniuswah} berkata buk Pinknya juga lucu.. Peace BUK  rombonga Srimulat, eh OVJ udah mulai dateng nih….

hapus balas bundananda menulis on Sep 22, ’10 Ah simbok ki…bikin daku kangen rumah lama sajah…

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 bundananda} berkata Ah simbok ki…bikin daku kangen rumah lama sajah…  ayo muliiiiiiiiiiiiiih…. wkwkwkwk….

hapus balas alittlethingmeanalot menulis on Sep 22, ’10 tukang ojegnya nganterin dari gerbang sampe depan pintu rumah ya mbak? *rumah idaman, berhalaman luaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaassssssssss buanget biar bisa dipake lari-larian sama anak-anaku… mungkin gak ya? 🙂

hapus balas pennygata menulis on Sep 22, ’10 rumahnya enaaaaakkkk 🙂 adeeeemmm n lapaanng .. jd inget dulu punya rumah di batu, malang, persis di kaki gunung, adem tenan, sayang udah dijual 😦

hapus balas intan0812 menulis on Sep 22, ’10 wuihh rumah guede… luasssssssssssssss…… kalau kita backpakeran ke Solo, boleh tuh numpang nginep 🙂

hapus balas katerinas menulis on Sep 22, ’10 Ada pohon coklat! aku suka…aku suka. Lingkungannya bersih ya bun…

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 alittlethingmeanalot} berkata tukang ojegnya nganterin dari gerbang sampe depan pintu rumah ya mbak? *rumah idaman, berhalaman luaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaassssssssss buanget biar bisa dipake lari-larian sama anak-anaku… mungkin gak ya? 🙂  pp kalo perlu…. wkwkwkwk….

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 pennygata} berkata rumahnya enaaaaakkkk 🙂 adeeeemmm n lapaanng .. jd inget dulu punya rumah di batu, malang, persis di kaki gunung, adem tenan, sayang udah dijual 😦  nyapunya pegeeeeeeeeeel….. 😀 ya beli lagi doooong….:))

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 intan0812} berkata wuihh rumah guede… luasssssssssssssss…… kalau kita backpakeran ke Solo, boleh tuh numpang nginep 🙂  boleh, boleh…. ntar tinggal diri-in tenda aja di halaman…. 😀

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 katerinas} berkata Ada pohon coklat! aku suka…aku suka. Lingkungannya bersih ya bun…  pohon merah jambu Rien…. 🙂 iya, bersih dan sepi…

hapus balas katerinas menulis on Sep 22, ’10, telah disunting on Sep 22, ’10 maksud rien, itu pohon yang berbuah Coklat. Daunnya mirip Pohon coklat. (ternyata bukan 😀 )

hapus balas nitafebri menulis on Sep 22, ’10 Bu ping ini solo di kota yaa.. Atau pinggiran.. Luas banget deh..

hapus balas depingacygacy menulis on Sep 22, ’10 Rumah simbahku? Udah diwaris buk, dibagi kecil2 😦

hapus balas mayamulyadi menulis on Sep 22, ’10 Rumahnya nyaman… Cuma kalo ga naik ojek, gempor yaaaa…

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 katerinas} berkata maksud rien, itu pohon yang berbuah Coklat. Daunnya mirip Pohon coklat. (ternyata bukan 😀 ) emang mirip daun pohon coklat ya ternyata… 🙂

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 nitafebri} berkata Bu ping ini solo di kota yaa.. Atau pinggiran.. Luas banget deh..  ya masih di kotanya sih, wong masih di dalam batas kota Solo tapi ya bukan di pusat kotanya…

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10, telah disunting on Sep 22, ’10 depingacygacy} berkata Rumah simbahku? Udah diwaris buk, dibagi kecil2 😦  rumah simbahku sekarang juga udah jadi pecah-pecah Mah, tapi masih ada bude, paklik dan beberapa kerabat di Temanggung sono… Rumah yg di Solo ini juga udah dipecah-pecah kok sama Ibuku, atas kemauan beliau sendiri, tapi ya secara fisik masih utuh…

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 mayamulyadi} berkata Rumahnya nyaman… Cuma kalo ga naik ojek, gempor yaaaa…  lebih gempor lagi kalo disuruh nyapu tiap hari….:D

hapus balas katerinas menulis on Sep 22, ’10 pingkanrizkiarto} berkata iya, bersih dan sepi…  jarak dengan tetangga berjauhan kah? sepi berati tenang….tempat yang tepat untuk beristirahat. Suka lihat suasanya..really.. *pohonnya cantik 🙂

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 katerinas} berkata jarak dengan tetangga berjauhan kah? sepi berati tenang….tempat yang tepat untuk beristirahat. Suka lihat suasanya..really.. *pohonnya cantik 🙂  sebenernya sih enggak jauh, tapi berhubung rumah dan pekarangannya luas jadi berasa jauh… 🙂 memang menyenangkan, tapi kadang2 berasa aneh juga, jam 9 malam udah sunyi senyap…. padahal biasanya di jakarta/bekasi jam 10 malem aja masih rame… suka jadi bingung mau ngapain lagi, nggak terbiasa tidur dibawah jam 9 soalnya… hahahaha….

hapus balas ceuosi menulis on Sep 22, ’10 duuuhh..rumahnya asik bgt…:)

hapus balas triajita menulis on Sep 22, ’10 Suatu hari nanti, kita juga ditinggal anak-anak kita ya….. Pasti rumahnya lengang banget tuh….. mbak Pinkan harus rajin2 hubungi ibu…

hapus balas kangdul menulis on Sep 22, ’10 gedhe temen, budhe…. iso bal – balan neng njero omah kuwi.. ^_^

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 ceuosi} berkata duuuhh..rumahnya asik bgt…:)  terima kasiiih…:)

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 triajita} berkata Suatu hari nanti, kita juga ditinggal anak-anak kita ya….. Pasti rumahnya lengang banget tuh….. mbak Pinkan harus rajin2 hubungi ibu…  iya jeng…. sudah jalannya harus begitu ya ? insya Allah jeng, terima kasiiih…

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 kangdul} berkata gedhe temen, budhe…. iso bal – balan neng njero omah kuwi.. ^_^  tinimbang bal-balan, mbok kene ewangi nyapu latar le….

hapus balas raniuswah menulis on Sep 22, ’10 pingkanrizkiarto} berkata iya, suka kepikiran begitu juga…. 😦 tapi waktu cepet berlalu lho jeng….  ngajak sediiih lagiiiiiii

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 raniuswah} berkata ngajak sediiih lagiiiiiii  kau yang mulaiiiiiiiiii…… kau yang mengajakiiiiiiiiiiiiii…… *dangduters always*

hapus balas raniuswah menulis on Sep 22, ’10 pingkanrizkiarto} berkata kau yang mulaiiiiiiiiii…… kau yang mengajakiiiiiiiiiiiiii…… *dangduters always*  pulaaaaaaaaaaaaaaannngggggggggggggg

hapus balas raniuswah menulis on Sep 22, ’10 eeeehhh nggak boleeh deng 1 jam lagiii

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 raniuswah} berkata pulaaaaaaaaaaaaaaannngggggggggggggg  belom beeeeeeeeeeeeel……

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 raniuswah} berkata eeeehhh nggak boleeh deng 1 jam lagiii  nah itu tau…. ndangdutan lagi yuk ? *ambil ecrek-ecrek*

hapus balas raniuswah menulis on Sep 22, ’10 pingkanrizkiarto} berkata nah itu tau…. ndangdutan lagi yuk ? *ambil ecrek-ecrek*  aku ngantuuuk tapi lagi banyak kerjaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnn

hapus balas raniuswah menulis on Sep 22, ’10 pingkanrizkiarto} berkata belom beeeeeeeeeeeeel…… hoooo oooooh lamaaaa deeeh

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 raniuswah} berkata aku ngantuuuk tapi lagi banyak kerjaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnn  aku ngantuk karena belom ada kerjaan….. xixixixi….

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10, telah disunting on Sep 22, ’10 raniuswah} berkata hoooo oooooh lamaaaa deeeh  sepuluh menit lagiiiiiiiiiiiiiiii………. eh salah, lima belas menit lagiiiiiiiiiiiiiiiii……….

hapus balas raniuswah menulis on Sep 22, ’10 pingkanrizkiarto} berkata aku ngantuk karena belom ada kerjaan….. xixixixi….  ealaaaaaaaahhh kok bisaaaaa?????????????????????????????????????????//

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 raniuswah} berkata ealaaaaaaaahhh kok bisaaaaa?????????????????????????????????????????//  komandan lagi sibuk sama tamu-tamu londo, aku ngumpet aja, ora isoh ngomong linggis sih…wkwkwkwk….

hapus balas raniuswah menulis on Sep 22, ’10 niih tak pinjemin linggis apa golok sisan perlu nggak golok ama asahannya.. aku udah kelaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr siap2 rapiin tassssss

hapus balas raniuswah menulis on Sep 22, ’10 pingkanrizkiarto} berkata sepuluh menit lagiiiiiiiiiiiiiiii………. eh salah, lima belas menit lagiiiiiiiiiiiiiiiii……….  tempatku tujuh menit lagiiii..

hapus balas miftamifta menulis on Sep 22, ’10 Ningali poto2 saking mriki huwaaa tambah kangen kampung mbk Ping. Wau sampun ningali tng MP nipun mbk Nita. Duh…

hapus balas dewayanie menulis on Sep 22, ’10 lollytadiah} berkata Oouuuwww… orang Temanggung juga tho…??? *nemu satu lagi orang Temanggung di MP ini…*  hooii. di mari juga orang Temanggung niih? kapan mudik ke Temanggung? bareng2 yak…? hehheheh

hapus balas qaulandiarra menulis on Sep 22, ’10 duh uenak banget rumahnya…

hapus balas debapirez menulis on Sep 22, ’10 Rumahnya asri & besar.tidak seperti rumah ndeso lainnya 😉

hapus balas bundel menulis on Sep 22, ’10 Oh….. oh….. jeng, rumahnya sudah modern sekali dan sangat lega lapang. Pantesan betah di situ.

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 miftamifta} berkata Ningali poto2 saking mriki huwaaa tambah kangen kampung mbk Ping. Wau sampun ningali tng MP nipun mbk Nita. Duh…  iya tuh, yang di postingan Nita bener-bener bikin aku kangen ndusun…. hiks….

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 dewayanie} berkata hooii. di mari juga orang Temanggung niih? kapan mudik ke Temanggung? bareng2 yak…? hehheheh  aiiisssssh…. siapa yang Temanggungers mbakyu ?

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 qaulandiarra} berkata duh uenak banget rumahnya… nyapunya lebih enak lagi…. xixixixi….

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 debapirez} berkata Rumahnya asri & besar.tidak seperti rumah ndeso lainnya 😉  lha ya ini sebenernya di Solo kota sih…. 🙂

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 22, ’10 bundel} berkata Oh….. oh….. jeng, rumahnya sudah modern sekali dan sangat lega lapang. Pantesan betah di situ.  modern sih ya enggak lah mbak…hehehe… standar aja… iya lega dan lapang, tapi trus ya itu, berasa sepi karena yang tinggal di situ sudah banyak berkurang….

hapus balas bundel menulis on Sep 23, ’10 pingkanrizkiarto} berkata modern sih ya enggak lah mbak…hehehe… standar aja… iya lega dan lapang, tapi trus ya itu, berasa sepi karena yang tinggal di situ sudah banyak berkurang….  Seperti rumah peninggalan orang tua saya. bangunan zaman Belanda. Berhubung penghuninya sudah pada ke luar rumah, sekarang jadi rumah tua kosong nyaris rubuh karena tak ada yang sanggup merawat Maklum kegedean……….

Edit hapus balas pingkanrizkiarto menulis on Sep 23, ’10 bundel} berkata Seperti rumah peninggalan orang tua saya. bangunan zaman Belanda. Berhubung penghuninya sudah pada ke luar rumah, sekarang jadi rumah tua kosong nyaris rubuh karena tak ada yang sanggup merawat Maklum kegedean……….  wah padahal saya seneng banget lho mbak, kalau melihat rumah-rumah peninggalan jaman belanda, gagah-gagah banget… tapi emang iya sih, rumah besar ngabisin banyak energi dan banyak ongkos… rumah bapak-ibu saya dibangun sekitar tahun 70-an, jadi sekarang sudah mulai ‘teriak-teriak’ minta banyak perbaikan, tambal sulam sih sudah, tapi ya tetep saja adaaaaaa aja yang harus dibetulin… namanya juga rumah tua…

hapus balas crochetshop menulis on Sep 25, ’10 bu ping… griyane ageng tenan… nyaman u anak banyak… asri… suejukkk… pasti bikin kangen y… *dpd bekasi gitulohhh…*

Demam Mudik Dimulaiii…..

Ramadhan tinggal hitungan jari tangan saja *sigh*, sedih ada tapi seneng juga ada. Sedih karena bulan mulia kok cepet banget lewatnya, tapi seneng kalau ingat bentar lagi bakalan mudiiiiiiiiikk… wkwkwkwkw. Ndeso banget yo ? yo ben, biarin sak karepkuuuuu….

Buat aku yang kesempatan pulang kampung-nya nyaris hanya setahun sekali itu, ya pas saat Lebaran itu, tentu saja moment mudik ini menjadi moment yang sangat ditunggu2 doong. Kembali menghirup udara Solo yang ayem, makan enak sana makan enak sini, ketemu sodara-sodara dan temen-teman lama, dan tentu saja bebas merdeka ngomong Jawa setiap saat dan setiap waktu, merdiko mbakyu ! hueheheheh…. *ketawa ala jawa*

Tapi tentu saja urusan mudik tu tidak hanya bersenang-senang dan bergirang-girang saja. Dimulai dari saat beli tiket, huaduuuuuh…. mak jreng, dompet langsung kempessss…… hiks. Tiket kereta Arga Dwipangga naik nyaris 2x lipat. Padahal aku harus beli 5 tiket pp. Oh ya, skenario mudik tahun ini, simbok, Faiz, Fachri dan mbak2 bs pulang naik kereta, dan kebetulan mbak Mar dan mbak Ika juga orang Solo. Sementara pak Adi, Farhan, Rahma nyusul naik mobil.

Selanjutnya masalah infal bs, dari kemarin mas Adi sudah nyuruh cari infal bs buat Fachri aja. Tapi aku ngerasanya kok sayang ya, ini kan kesempatan aku libur, lha ya mendingan aku gunakan untuk berhepi-hepi nempelin Fachri dong. Tapi kata mas Adi, lha kan nanti repot ma urusan yang lain-lain, soalnya di rumah Solo nggak ada asistennya. Belum lagi Faiz juga masih belum mau makan dan mandi sendiri. Megang dua-duanya plus masak-cuci-setrika bisa gak ? bu Adi jadinya cuma bisa mesem kecut….

Inget lebaran tahun kemarin yang bener-bener gak sempat ngapa-ngapain, sibuk jadi upik abu untuk krucil yang dua-duanya gak bisa diem itu. Acara juga jadi berantakan, wisata kuliner jadinya bukan lagi wisata, tapi kudu trimo nunggu dibawain trus makan di rumah aja, padahal makan di tkp dan makan di rumah kan beda suasana kebatinannya. Blanja-blanji *ehem-uhuk-uhuk* juga gak lancar, kunjungan ke Bilqis ditiadakan, kopdar dilewatin hiks……

Tapi disisi lain jadi puwaaaaaaas, puas ngurusin sendiri semua urusan Faiz dan Fachri. Plus jadi komandan galak untuk Farhan dan Rahma…. Alhamdulillah….

Trus kok jadi inget komentar ponakan yang dulu itu ya, hehehehe…. aiiisss, yo wis ben to, bairin aja…. sing penting hepiiiii !

bentar lagi mudiiiiiiiiiiiiiiik, horeeeeeeeeeeeeeeeee…………….

selamat jalan Mbang….

berita duka, untaian doa dan ucapan belasungkawa
dan aku terpaku menatap gadis kecil di foto profilmu
senyum seorang bocah, bening meruntuhkan hati….

ya Allah
jagalah hati kami untuk tidak mempertanyakan kehendak-Mu
karena hanya Kau-lah sang Maha Penjaga
karena hanya Kau-lah sang Maha Tahu
tak Kau janjikan hari-hari tanpa rasa sakit
tapi janji cinta-Mu akan selalu melindungi kami
dari duka yang menggigit
dan Kau-lah sang Maha menepati janji….

Gadis kecil, bisikkan selamat jalan pada Ayahmu
yakinlah kelak kalian akan kembali bertemu
dalam peluk janji cinta Rabb-mu…..

Met jalan Mbang…. doa kami bersamamu….

—–
telah berpulang ke Rahmatullah tadi pagi, temanku Herlambang Setiawan, SMAN 1 Surakarta angkatan 88. Mohon doanya…..

kembali ke akar

Pulang kampung Lebaran kemarin, aku iseng bongkar-bongkar simpenan batik tulis Ibu-ku, wuiiiih cakep-cakep. Dan seperti lazimnya batik-batik produk jadoel ( jadul menurut kacamataku yang juga sudah termasuk jadul ini… jadi silahkan pakai rumus jadul kwadrat deh ), motif pada kain batik itu masing-masing punya nama dan ‘filosofi’ tersendiri…. hahahahah…. sok ngerti deh aku. Jadi malu, ha wong ngertinya ya cuma motif parang yang relatif paling mudah dikenali sama motif sekar jagad aja lhooo ( soale itu yang kupakai waktu jadi ratu sehari 😀 )

Hhhmmm…. yang begini-an mana kepikiran kalau lagi di Jakarta ya ? (sok) sibuk nggak ada waktu dan tenaga buat mikirin akar budaya sendiri. Lha mbok ya mumpung lagi di Solo, sembari pulang kampung mbok yao mencoba mempelajari dan menguri-uri kebudayaan sendiri. Nara sumber dekat, atmosfer dan suasana kebatinan ( halaaaaah ) mendukung…. Jangan cuma petentang-petenteng pamer kalau sudah jadi wong nJakarta, ( eh mBekasi ding ) …. berasa dah gaya metropolitan pooool wis ! ( siapa tuh ?…. xixixixi…. saya sendiri nih bu !! )

Asik juga rasanya, kalau pas lagi di kampung halaman ada jadwal acara mengenal kampung dan budaya kita masing-masing. Bukan masalah primodialisme, tapi mosok nanti anak-cucu kita kalau pengin belajar ngomong Jawa musti pergi ke negeri kumpeni sana, atau mo nonton reog kok malah perginya ke malaysia….. haiyaaaaa…… jangan sampai laaaaah…. Jadi yuk, yang punya kampung di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan seterusnya dan selanjutnya, yuk mari temukan dan hargai our diversity untuk memperkaya our unity. Jangan cuma bisa kebakaran jenggot kalau sudah kemalingan lagi…..