craft bocah : Kupu-kupu untuk Nanda

Special request dari Nanda. Sebenernya budhe-nya ini juga belom bisa, tapi inget kalo di buku origami handbook oleh2 dari pakdhe Adi ada how to make-nya. Jadilah budhe Pingkan belajar sekaligus sok ngajari nih.

Di buku itu disebutkan bahwa origami kupu2 ini diciptakan oleh seorang pakar origami dari Jepang, yaitu pak Akira Yoshizawa. Dan kupu-kupu ini juga dijadikan logo dari International Origami Center, wich Yoshizawa founded to help spread friendship and peace through origami. The design is so well-known that it has almost become traditional *boso linggis modal copas*

ewwww…. maap kalo foto kurang tajam, batere ixus-nya abis n lagi ga bawa charger, jadinya tak ada ixus, bleki pun jadi.

 

kn1

lipat kertas pada ke 4 sudut kertas, sehingga ada 2 bekas lipatan melintang

 

kn2

lipat juga pada kedua sisi kertas sama lebarnya

 

kn3

sehingga terbentuk bekas lipatan seperti ini

 

kn4

lipat ke dalam mengikuti bekas lipatan awal tadi, sehingga kertas berbentuk seperti ini

 

kn5

lipat ke dalam mengikuti bekas lipatan awal tadi, sehingga kertas berbentuk seperti ini
bentuk luar kertas yg sudah dilipat

 

kn6

tekuk ke luar ujung segitiga-nya

    

kn7

tekuk kedua ujungnya hingga menjadi bentuk seperti ini

 

kn8

balikkan

 

kn9

tekuk keatas ujung segitiga yang berada dibawah

 

kn10

akan terlihat bentuk seperti ini

 

kn11

buka sisi kiri segitiga

 

kn12

buka dan tekan dengan jari

 

kn13

luruskan

 

kn14

hasilnya akan berbentuk seperti ini

 

kn15

lakukan juga pada sisi sebelahnya

 

kn16

lipat ujung atas segitiga dua kali

 

kn17

lipatan dilihat dari arah sebaliknnya

 

kn18

akan berbentuk seperti ini

 

kn19

lipat di tengah-tengah

 

kn20

lipat ditengah-tengah

 

kn21

gunakan penggaris untuk membantu membentuk badan kupu-kupu

 

kn22

lipat kearah luar

 

kn23

lipat keluar sayap sebelahnya

 

kn24

kedua sayap terlipat keluar

 

kn25

bentangkan kedua sayapnyaaa… 🙂

 

kn26

warna-warni kupu-kupu untuk Nanda

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Row of Love, mission accomplished

310987_2359611960360_1660110307_n


Alhamdulillaaaaaaaaah….. akhirnya proyek idaman terselesaikan dengan baikkkkk… *mending ge-er daripada minder*. Walaupun sempet salah pakai jumlah benang, jadi kudu melewati episode berdarah-darah mendedel dulu, tapi pada akhirnya proyek Row of Love ini selesai juga. Ngebut ? ndak jugalah, sempat mangkrak berminggu-minggu di rumah. Lalu kumat rajin lagi, males lagi, kumat lagi…

Ya gitu deh, tergantung angin bertiup aja. Tapi secara umum memang kit ini selesai lumayan cepet. Aku mulai di bulan Maret 2010, selesai hari ini, Juli 2010. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah *ahaihaihai, bahasanyaaaa…* ukuran aida yang lumayan gede, 11 ct, sementara biasanya aku pakai yang 14 ct. Jadi kotak-kotaknya lebih gede gitu… mata jadi gak gampang capek. Trus ini juga untuk pertama kalinya aku ngerjain kristik dengan aida yang sudah digarisin persepuluh kotak terlebih dahulu. Emang ngaruh ? lha ya ngaruh dong… Mempercepat hitungan dan mambantu menjauhkan kesalahan.

Ini juga pertama kalinya aku pakai paket yang made in china, yang artinya instruksi di chart-nya pakai hurup tirai bambu semua. Pusing dan sempet salah pakai jumlah benang, tapi diliuar itu sih seneng-seneng aja… lha wong kit made in china ini hargane paling murah je, dapet benangnya juga berlebih-lebih banget… Dan hasilnya Alhamdulillah tidak mengecewakan….

So, next project ? hajar bleh !!

Ngrasani Iklan

Pertama banget, mohon dipersori dulu, dalam beberapa hari belakangan ini aku jarang ngempi, jadi jarang nengok apalagi komen di postingan temen-temen sekaliyan. Ndak tau kenapa, dalam hati udah niat mau nongol, eh, begitu udah buka mp lha kok tu semangat terbang entah kemana. Tambah tuwo emang tambah susah diatur nih si semangat… *tempel koyo di jidat*

Tapi kali ini aku kok pengin ngrasani iklan. Iklan ? iya iklan baronang bakar enak lho… *jedug, disambit koyo segepok*. Sadar nggak sadar, dalam keseharian bisa dibilang kita ini sudah kebanjiran bin kelelep dengan buanyak banget iklan. Iklan sudah dengan cuek dan tidak sopannnya merangsek ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Di jalanan yang kita lewati, dikoran yang kita baca, di radio yang kita dengar, di tipi yang kita tonton… di mp yang kita cintai… *ngelirik benci tapi rindu*.

Dan bisa dibilang iklan-iklan sudah sangat sadis mendikte kita tentang apa itu cantik, apa itu ganteng, apa itu sukses, apa itu bahagia…. pemahaman tentang semua itu digiring pada kepemilikan benda-benda alias konsumerisme. Perempuan tampil cantik ( standar putih tinggi langsing hidung mancung ) karena menggunakan produk a, b, c dan d. Laki-laki ganteng berkat produk e, f dan g. Anda telah sukses jika punya produk h, i dan j. Bahagia adalah ketika anda sudah punya k, l, m, n, o, p, q, r….. weeeew, capek ya ?

Logika kita dalam memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari sudah digeser menuju logika konsumerisme yang kadang enggak masuk akal. Beli barang bukan karena kebutuhan, tapi lebih kepada citra yang ditanamkan iklan di benak kita tentang produk bersangkutan. Ndak paham gadget tapi beli gadget mutakhir hanya karena sang iklan telah dengan sangat cerdiknya memposisikan gadget itu sebagai simbol kebahagiaan, kesuksesan, modernitas atau bahkan sekedar ben ora dibilang ketinggalan jaman…. hare gene gak punya hengpong ?! *contoh jadul ya biarin*. Bahkan ada iklan yang dengan konyolnya melakukan simplifikasi kebahagiaan seorang suami hanya berkat sebotol pemutih wajah, ealaaaaa…. *gedeg2 mpe mumet*

Sangat menyedihkan bukan, kalau ukuran kebahagiaan itu dilihat dari benda-benda apa yang dimiliki atau digunakan. Karena benda selalu berubah, mode selalu bergerak, gadget selalu muncul seri baru, rumah berganti trend, mobil tiap tahun keluar tipe baru. Apakah kita harus menggantungkan kebahagiaan kita pada sebuah sasaran bergerak ? lha ya jelas tidak to, capek sendiri deh kalau begitu caranya…

Iklan seharusnya hanya sebatas memberikan informasi produk yang kita butuhkan, bukan memaksakan gambaran yang belum tentu benar tentang apa yang akan kita rasakan …. *ngomong apa siiiiiih*. Karena kebahagiaan letaknya ada di dalam diri kita sendiri, tidak harus mahal, tidak harus kinclong, tidak harus blink-blink…

*nempelin koyo tambahan ke jidat*

Menjadi Ibu

Pagi-pagi blogwalking bentar, nemu beberapa tulisan yg berkisah tentang hubungan antara anak dan orang tuanya. Tulisan tentang rasa hormat, kekaguman dan yang paling penting rasa cinta seorang anak kepada orang tua. Kenangan dan rasa cinta yang tumbuh selama tahun-tahun panjang berada dalam posisi sebagai seorang anak. Kisah yang manis, mengharukan dan juga menyentuh.

Lalu tanda tanya besar muncul di kepalaku, apa yang akan diceritakan anak-anakku kelak tentang kami, orang tua mereka ? Dan terus terang aku sempat merasa ciut juga, aku belum pernah nemu apalagi merasakan bersekolah di lembaga pendidikan orang tua atau jadi mahasiswa di sekolah tinggi orang tua. Boro-boro deh… yang sekolah dasar orang tua aja nggak ada. Jadi bagaimana aku tahu ilmuku sudah cukup atau belum ? sudah pintar dan ahli atau malah mentok di dodol dan payah ?

Baru mikir sekarang ? padahal buntut sudah empat lho…. whueheheheh… Ya enggaklah, cakep-cakep gini aku kan juga punya konsep, dan berusaha untuk tetap berpegang pada konsep itu. Susah ? Jatuh bangun ? jatuh bangun aku mengejarmu, namun dirimu tak mau tahu.. ddzzziigghhhhhh… *maap,kebawa naluri dangdut*. Jatuh bangun sih enggak, tapi ketemu belokan, tanjakan, turunan, lubang dijalan ya sudah biasa…. *supir angkot kaleee*, namanya juga belajar dan langsung praktek lapangan jadi orang tua.

Balik lagi ke pertanyaan, apa yang akan dituliskan oleh anak-anakku kelak tentang aku ? Ada sebuah lagu yang selalu sukses membuat pandanganku kabur oleh air mata dan lagu itu mewakili banget cita-citaku sebagai seorang ibu, lagunya Melly Goeslow, Bunda…

” ooh Bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku…. “


*mana tissuue, mana tisuuuuuuuuuuuuuuuuuue………………..*

Simbok Belajar Nabung

Hari ini buka tabungan junio buat Farhan dan Rahma, auto debet dari rekeningku tiap bulan, huehehehehe…. biar rasa si simbok ini. Biar gak blanja-blanji melulu, giliran akhir bulan baru jejeritan kok gak bisa nabung. Masih perlu nabung ? ya iya laaaah…. Biar kata si boz sudah menebarkan jala pengaman disana n disini, tapi mosok simbok trus jadi kebablasan tebar duwit melulu *duwitcapbagong*.

Ya tetep harus ngerti nabung kan ? tetep ngerti gimana menjalankan gaya hidup sehat di bidang keuangan. Dan kalau mau jujur, sebagai manusia boleh dong aku punya ambisi dan keinginan pribadi. Beberapa hal yang bisa dikasi label : inilah hasil karyaku, getuuu…. dan salah satu dari keinginanku itu adalah membiayai ibuku pergi umroh dengan duwitku pribadi. Iya, dari uang hasil peras keringat dan banting tulangku sendiri *lebaygitudeh*.

Apakah ada bedanya kalau mas boz yang bayarin ? well, mungkin tidak bagi orang lain. Boz sih insya Allah nggak akan keberatan jadi penyandang dana, buat ibuku sendiri mungkin juga nggak akan terasa berbeda, toh mantu juga anak sendiri toh ? Tapi buat aku, tentu saja akan berbeda. Ini dari hasil kerjaku lhoooo…. hasil kerjakuuuuu…..

Jadi, berapa jumlah tabunganku hari ini ? *langsungkaburmelarikandiri*

Proyek ( belum ) Macet

Nabung ? invest ? sesuk-sesuk wae, mbesok-mbesok aja… wkwkwkw *tapisambilmanyun*. Kemarin siang ke hobby craft shop yg di kelapa gading mall, dari rencana cuma mau beli benang untuk nyelesaian project yang ini :

ini juga belom selesai, masih harus di backstitch

lha kok ditawarin yang ini :


dan harganya oh sungguh menguras kantong, hiks… tapi mo gemana lagi *juruspemakluman*, wong memang sudah kepingin dari dulu… dah gitu kok ya pas ada di hobby craft, gak usah pake mesen dulu. Soale dulu pernah nanya di crossstitch point dan ternyata kudu pesen dulu, di micki mocko yo sami mawon… enggak ready stock. Jadi begitu ada di depan mata, teraba kedua tangan…. kyaaaaaa….. alokasi beli buku berpindah deh ke kit cantik ini…. ehem….

Padahaaaaaaaaaaal….. ada project yg belum rampung…..


kemaruk yo…. *ning sing penting hepi xixixixi….*

Ibu Gendut deh….

Bagaimana cara kita membesarkan anak dipengaruhi oleh bagaimana cara orang tua kita membesarkan anak, uuhhhmmm…. pernah denger kan ? sama, tapi ya terserah mau setuju atau enggak. Belakangan ini aku sering keinget ma kalimat itu dalam rangka mengevaluasi hubungan ( mbelgedes tenan kalimatnya ) antara aku dan anak-anakku, terutama dengan Rahma, my one n only princess.

Bagi yang pernah baca buku I love You Mom, mungkin bisa punya gambaran tentang hubungan khusus antara seorang ibu dan anak perempuannya. Tapi mungkin nggak semuanya juga ya, maksudku mungkin aja ada beberapa perempuan yang merasa biasa-biasa aja dan gak melihat adanya perbedaan antara hubungan seorang ibu dengan anak laki-laki atau anak perempuannya, podo wae lah. Tapi kalau melihat ke pengalamanku sendiri sih, aku merasa jadi lebih dekat ke ibuku setelah aku sendiri merasakan bagaimana rasanya menjadi ibu.

Bukannya sebelum itu aku ndak deket sama ibuku, Alhamdulillah aku bahagia n bangga banget sama ibuku. Tapi mungkin karena jamannya lain ya ? Aku rasa aku nggak bisa mencontoh sama plek pola hubunganku dengan my mom untuk diterapkan dalam hubunganku dengan anak-anakku saat ini. Ada hal-hal yang tidak boleh berubah, tapi ada juga hal-hal yang perlu beberapa penyesuaian. Membingungkan ? kadang aku emang ngerasa bingung juga sih…. *garukgarukkepalanggakjelas*

Dimataku dulu ibuku adalah sosok yang serius, lembut tapi tegas dan yang jelas terasa banget sebagai orang tua…. hehehehehe… lha kok malah ngguyu dewe to ? Lha piye, lha gimana ya. Rumangsaku, perasaanku orang-orang tua saat ini ( termasuk aku getu ) sepertinya kok diberi kesempatan untuk memperpanjang masa kanak-kanaknya ya ? xexexex… Lha liat aja di fesbuk, isinya antara lain kumpulan orang-orang tua yang suka lupa umur ketika ketemu temen lama yang sudah sama-sama jadi orang tua juga *cengengesan inget konten fb milik sendiri*. Dan jangan lupa di jaman sekarang ini, fasilitas untuk tetap merasa muda tersedia banyak sekaleeeee….. hahahaha…

Anak-anak sekarang juga lebih micara, lebih pandai berbicara dan menyuarakan kata hatinya. Positif juga siiiih, cuma sempet pengen ngambek ketika Farhan tiba-tiba berkata “Ibu emang gendut kok” saat melihatku sibuk berkaca dan mendata gerombolan lemak di pinggang. Atau saat aku memakai baju dengan model lengan berumbai-rumbai alias lengan batman, Rahma dengan cueknya ngomong “Ih baju ibu kayak nona Igun deh”. Whaaaattt ?? gaya simboknya disamain ma gaya Ivan Gunawan ?? Arrrrrgggggghhhhh….. sebagai orang tua sih pengennya maraaaaah… *untung lagi gak pegang kemoceng*, tapi jujur aku menikmati keakraban kami.

Mereka ngomong begitu bukan karena pengen membuat aku marah atau pengen nyakitin hari simbok-nya yang lembut hati ini… *ditampol wajan ma ibu-ibu*. Tapi lebih karena sebagai side effect atas usahaku untuk memposisikan diri sebagai teman mereka. Tapi ya tentu saja tetap harus ada batas sopan-santun dan etika terhadap orang tua toooo ? Dan Alhamdulillah sampai saat ini mereka tetap anak-anak yang tau sopan santun dan tata krama. Cuma kadang memang sisa-sisa feodalisme di hati ini suka masih terkaget-kaget dalam menghadapi perubahan jaman. Nggak bisa mbayangin deh aku ngomong “ibu kok gendut” ke ibuku sendiri waktu aku kecil dulu… wkwkwkwk….

simbok loves you muuuuuch kids !!

you are what you read (?)

Kata siapa ? ndak tau… Bener atau enggak konten tu judul nggak tau juga sih, nggak tanggung jawab… hehehehe. Tapi kemarin sepulang dari Pesta Buku Jakarta, aku sempet bertanya-tanya, belanjaanku kok kek gini ya ? orang seperti apakah aku iniiii ? mari kita tengok…

Kalau yang ini mah, karena aku memang suka sama buku-bukunya Pramoedya, tapi ini belum sempet dibaca, ntar aja belakangan, biar lebih syahdu…. *alesan gak jelas*

sok-sok-an mo menyegarkan ilmu…. wkwkwkwkwk…. padahal baru baca preambulenya aja udah pusing seven around…. 😀

sebagai ibu-ibu rumpi, pengen tahu dong isinya apa…. well, udah baca tapi belum selesai, berasa kayak baca blog aja sih, tapi ya namanya juga curhat….

tertarik ma judul ma sinopsisnya, ngerasa bukan sebagai rupawan juga siiiy… heheheh…
udah selesai bacanya n berasa tuwir baca buku ini, lha wong ternyata ini novel remaja… 😀

my first harlequin…. xixixixi…. telat ya ?! udah selesai baca, trus jadi inget sama novel-novel Barbara Cartland yang aku baca waktu klas 4 SD dulu…*4 SD ? yeyeyeye… tuwa sebelum waktunya*

buku anak-anak yang kereeeen, abis dibaca tadi malem. alhasil tadi pagi gedubragan bangun kesiangan…. *tepok jidat pake panci*

buku anak-anak lagi….. udah kelar baca, lumayan bagus, cerita bau-bau sihir gituuu…

buku anak-anak ( lagi ). Gak heran ya, lha wong waktu kecil bacanya malah Kabut Sutra Ungu sama novel2nya Barbara Cartland…. wkwkwkw….

aku suka novel-novel dengan setting sejarah masa laloe…. tapi ini belum sempet dibaca, masih rapi terbungkus plastik….

yang dua ini jelas doooong karena apaaaaa….. hobiiiiiiiiiiii……

yang ini buku untuk anak-anak dari obral-diskon-obraaaaaal…. aseeeeeek…. lumayan buat nambahin koleksi perpus anak di komplek sebelah…

Jadi, bisa kebayang nggak ya, aku ini seperti apa….. mbuh ah....