Pertama banget, mohon dipersori dulu, dalam beberapa hari belakangan ini aku jarang ngempi, jadi jarang nengok apalagi komen di postingan temen-temen sekaliyan. Ndak tau kenapa, dalam hati udah niat mau nongol, eh, begitu udah buka mp lha kok tu semangat terbang entah kemana. Tambah tuwo emang tambah susah diatur nih si semangat… *tempel koyo di jidat*
Tapi kali ini aku kok pengin ngrasani iklan. Iklan ? iya iklan baronang bakar enak lho… *jedug, disambit koyo segepok*. Sadar nggak sadar, dalam keseharian bisa dibilang kita ini sudah kebanjiran bin kelelep dengan buanyak banget iklan. Iklan sudah dengan cuek dan tidak sopannnya merangsek ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Di jalanan yang kita lewati, dikoran yang kita baca, di radio yang kita dengar, di tipi yang kita tonton… di mp yang kita cintai… *ngelirik benci tapi rindu*.
Dan bisa dibilang iklan-iklan sudah sangat sadis mendikte kita tentang apa itu cantik, apa itu ganteng, apa itu sukses, apa itu bahagia…. pemahaman tentang semua itu digiring pada kepemilikan benda-benda alias konsumerisme. Perempuan tampil cantik ( standar putih tinggi langsing hidung mancung ) karena menggunakan produk a, b, c dan d. Laki-laki ganteng berkat produk e, f dan g. Anda telah sukses jika punya produk h, i dan j. Bahagia adalah ketika anda sudah punya k, l, m, n, o, p, q, r….. weeeew, capek ya ?
Logika kita dalam memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari sudah digeser menuju logika konsumerisme yang kadang enggak masuk akal. Beli barang bukan karena kebutuhan, tapi lebih kepada citra yang ditanamkan iklan di benak kita tentang produk bersangkutan. Ndak paham gadget tapi beli gadget mutakhir hanya karena sang iklan telah dengan sangat cerdiknya memposisikan gadget itu sebagai simbol kebahagiaan, kesuksesan, modernitas atau bahkan sekedar ben ora dibilang ketinggalan jaman…. hare gene gak punya hengpong ?! *contoh jadul ya biarin*. Bahkan ada iklan yang dengan konyolnya melakukan simplifikasi kebahagiaan seorang suami hanya berkat sebotol pemutih wajah, ealaaaaa…. *gedeg2 mpe mumet*
Sangat menyedihkan bukan, kalau ukuran kebahagiaan itu dilihat dari benda-benda apa yang dimiliki atau digunakan. Karena benda selalu berubah, mode selalu bergerak, gadget selalu muncul seri baru, rumah berganti trend, mobil tiap tahun keluar tipe baru. Apakah kita harus menggantungkan kebahagiaan kita pada sebuah sasaran bergerak ? lha ya jelas tidak to, capek sendiri deh kalau begitu caranya…
Iklan seharusnya hanya sebatas memberikan informasi produk yang kita butuhkan, bukan memaksakan gambaran yang belum tentu benar tentang apa yang akan kita rasakan …. *ngomong apa siiiiiih*. Karena kebahagiaan letaknya ada di dalam diri kita sendiri, tidak harus mahal, tidak harus kinclong, tidak harus blink-blink…
*nempelin koyo tambahan ke jidat*