Bertahan Satu Cii-in-ta….

 

Hidup manusia bisa diibaratkan seperti rentetan efek domino, apa yang kita alami pada saat ini adalah hasil dari berbagai pilihan yang telah kita ambil dalam hidup kita. Termasuk ketika kita memilih pasangan hidup, lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Tapi seperti kata orang, kalau pada awal pernikahan pasangan kesandung batu komentarnya adalah “Kenapa sayang ? sakit ?”, maka bertahun- tahun kemudian yang keluar adalah “Kalo jalan liat-liat doooong !”. Kelebihan-kelebihan pasangan makin tak terlihat, kelelep oleh berbagai kekurangan yang terasa makin menyebalkan. Karena kata orang ( lagi ), cinta dan benci tu beti saja, beda tipis. Saat kita terlalu mencintai dan memuja, maka kita akan rentan terjatuh dan sakit hati berdarah-darah ketika kita sadar bahwa ternyata orang yang kita cintai tidaklah seindah dan sesempurna yang kita bayangkan.

Tapi siapakah manusia di dunia ini yang terlahir sempurna ? jangan kau sesali….*halah, malah nyanyi lagu dMasip*. Dan seperti apakah cinta yang sempurna itu ? Cinta yang maunya hanya melihat yang indah-indah saja, atau cinta yang memberi ruang untuk ketidak sempurnaan ?

Kalau kata mas filsuf Sam Keen, Love isn’t finding a perfect person. It’s seeing an imperfect person perfectly. Jadi jangan biarkan waktu menelikung cinta, dan jangan pula menyerah pada godaan dahsyat diluar sana, saat terlihat banyak orang yang tampaknya punya pesona yang jauh melebihi pasangan di rumah. Pesona seringkali tak bisa bertahan lama, karena tak ada manusia yang terlahir sempurna…. *dMasip lagi*

eh, satu lagu lagi,
Bertahan satu ciiiiii-iiiiiiin-taaaaaaa
Bertahan satu ce-i-en-te-a
…..
*dBagindas mode-on*

qiqiqiqiqi… *dikepruk mak’e Rafa*

Cinta Sejati dan Perfect Marriage

 

James adalah cinta sejatiku, sebab dengan dialah aku berbagi hidup. Sesederhana itu.

Sepotong kalimat di buku Recipes for a Perfect Marriage, buku yang berkisah tentang James dan Bernadine, sepasang suami istri yang terus bersama sampai ajal memisahkan, meskipun Bernadine mengawali pernikahan itu karena keterpaksaan, dalam deraan rasa benci dan hati yang terpikat pada laki-laki lain. Buku bagus yang -sekali lagi- aku dapet bocorannya dari Uci. Membaca buku ini jadi seperti menemukan jawaban berbagai pertanyaan yang kadang mengganggu otak reseh-ku. Berbagai pertanyaan yang sebenernya bermuara pada one single question : apa sih sebenernya cinta sejati ituuu ? *jiyaaaaah, silahkan disorakin deeeeh*

Jawaban yang muncul bisa bermacam-macam, sebagian besar mungkin -menurut prediksiku- akan menggunakan berbagai macam kalimat indah, menawan dan berbunga-bunga tentang rasa yang tidak ada duanya, keindahan yang tiada tara, belahan jiwa sibiran hati, debaran jantung, kalimat penuh puja dan puji…..duuuuh. Salah ? tentu saja tidak. I’ve been there too…..jatuh cinta berjuta rasanyaaaaa…… xixixixi *pletaaaaaaaak, disambit penonton*. Tapi seperti kata orang, tidak cukup hanya mengandalkan bergunung-gunung cinta untuk menjalani sebuah pernikahan, atau kalau boleh ber-sarkasme ria, makan tu cinta ! xixixix….

Kalau ada yang jatuh cinta menggebu-gebu, bergelora, terbanting-banting *set dah bahasanya*, dan kemudian menjalani pernikahan yang selalu dipenuhi dengan cinta, cinta dan cintaaaaaaaaa melulu ya bagus lah, Alhamdulillah……. Cinta adalah modal yang sangat bagus untuk mengatakan yes, i will marry you. Tapi pernikahan akan merubah modal bagus itu menjadi serangkaian ujian, karena ada banyak perkawinan indah tapi tidak ada perkawinan yang mudah. Jentikkan jari klik sambil ucapkan kata cinta dan holaaaa you have a perfect and heavenly marriage ? won’t work that way honey….

Komitmen bisa dibuat atas nama cinta, tapi cinta membutuhkan komitmen untuk menjadikannya nyata *kalimat yang berat, peres anduk dulu*. Lha iya to, berkomitmen menikah atas nama cinta, tapi seiring berjalannya waktu lha kok ternyata si cinta pergi nglencer entah kemana… Cinta yang tadinya menggebu dan menderu *knalpot kaleeeee* ternyata makin redup tergerus waktu. Padahal seharusnya si cinta itu punya komitmen untuk bertahan, bahkan terus tumbuh dan berkembang seiring berbagai macam ujian dan cobaan dalam sebuah pernikahan.

Wedeeewwww, aku menimbulkan gambaran bahwa pernikahan adalah sebuah medan pertempuran ya ? wkwkwkwkw…. maap, bukan begitu maksudku. Menikah itu indah, percaya deh, ( ya kan boz Adiiii ? huihihihihihi…… *bakiak dari orang sirik beterbangan* ). Aku cuma gregetan bin sepet aja melihat begitu mudahnya orang berkata “inilah soulmateku, jantung hatiku, belahan jiwaku” sambil memamerkan buku nikah tapi beberapa waktu kemudian dengan mudahnya mengajukan gugatan cerai. Dan kali ini statementnya adalah “ini adalah kehendak-Nya, siapa sih nikah karena pengen cerai ?” . Eeeewwwwwwuuuuuggggghhhh…. jadi pengen numpang nanya : SOULMATE DARI HONGKONG ???

Falling in love is easy, but stay in love ? itu bukan hadiah yang jatuh tiba-tiba dari langit…..

Rumah Kami

Ahad pagi waktu lagi jalan bareng mas Adi, kami berpapasan dengan tetangga waktu kami masih tinggal di rumah kami yang lama ( cuma beda blok siiih ), sebut saja pak X. Tukar senyum dan angguk, lalu setelah si tetangga jauh mas Adi berkomentar, “Pak X sudah kliatan tua ya ?”. Hening sejenak, saling lirik *back sound Lirikan Matamu by A. Rafiq*, n then selanjutnya huahahahahahaha……ngakak berdua….

“Situ sendiri nggak ngerasa tua apa ? uban udah heboh begitu, wkwkwkwkw….”. Terpingkal-pingkallah bu Adi, sementara pak Adi yang memang sudah heboh ubannya cuma bisa mesam-mesem saja…. “Hehehehe, iya ya….”. Well, begitulah sodara-sodara sepasang orang tua yang kadang suka lupa kalau sudah tua.

Tapi kalau sudah ngomongin masalah masa lalu, waktu memang jadi terasa menciut dengan hebatnya. Nggak terasa sudah hampir 13 tahun kami tinggal di perumahan kami saat ini. Dimulai dengan rumah tipe 36 di tahun 1997 yang mewah alias mepet sawah. Dibeli mas Adi secara over kredit, tanpa minta persetujuan dari istrinya ini. Aku sendiri sih waktu itu ya ndak mikir apa-apa, yang penting Alhamdulillah sudah bisa beli rumah sendiri n bye-bye ngontrak di rumah petak. Jadi walaupun nggak diajak lihat-lihat, nggak diajak milih-milih ya terima aja…. *kalo diajak mbayar baru deh jejeritan*.

Rumah tipe 36 standar btn alias bangunan tidak normal, lha wong handle pintu masangnya ketinggian, kusen mencang-mencong. Bahkan satu malam pas lagi enak-enaknya tidur, kami ( aku, Rahma n Farhan ) ketiban eternit yang tiba-tiba jebol lengkap dengan kucing yang lagi jalan-jalan diatasnya. Mau gak mau terpaksa acara tidur pindah ke ruang tamu merangkap ruang keluarga merangkap ruang makan merangkap ruang belajar merangkap ruang segala macem deh.

Harus ngungsi-lah tidurnya, disamping karena kamar yang jadi porak poranda, aku juga takut ntar ada binatang kecil-kecil yang ikut jatuh dari eternit, soalnya pernah satu kali ada kalajengking tiba-tiba aja plok jatuh dari celah eternit, kalajengking cuuuy, hiiiiy…. *tapi ya nggak mungkinlah kalo ngarepin gajah*

Setelah Farhan dan Rahma mulai besar dan Alhamdulillah sudah ada rejeki, tahun 2004 kami pindah kerumah yang agak lebih besar, masih di komplek yang sama sih, cuma beda blok aja. Lucu juga kalau diinget-inget, pindahan tapi nggak terasa pindahan. Disamping pindahannya nggak jauh, perabotan juga nggak ada yang dipindah…. gimana mau dipindah, lha wong memang gak ada yang mau dipindah alias ora duwe perabotan. Setelah pindah rumah inilah baru aku ngerasain punya meja makan, xexexexexe…..

1997-2010, hhmmmm, sudah cukup lama juga ya kami tinggal di Bekasi…. Alhamdulillah…

myLongDistanceLove : dengarlah curhatku….

Beberapa hari yang lalu qn Uci dan beberapa komentar dibawahnya sempat membuatku berpikir “gue orang aneh kali ya ?” *siap-siap ndaptar ke Muri*. Gimana enggak, sekian lama ber LongDistanceLove, bikin aku suka lupa bahwa ada saja yang bakal merasa meriang kalau satu hari saja berpisah dari pasangannya. Bukannya aku trus merasa lebih kuat atau apa lho, enggaklah…. setiap pasangan kan punya irama masing-masing. Bahkan ya itu tadi, aku malah jadi mikir, gue orang aneh kali ya ? xixixixi….

Sudah hampir 4 tahun ini mas Adi pulangnya rata-rata 2 pekan sekali, setelah sebelumnya sepekan sekali. Sedih ? kadang-kadang sih… sekali-sekali tersiksa rindu kan boleh *prikitiiiiiiiw*. Kalau mau dianggep kacian deh lu ya terserah sih, tapi yang jelas aku merasanya nggak segitunya kaleeee…. Dibilang hebat ? nggak segitunya juga kaleeeeeeeee, hahahaha…*jadi maluuuu deh*. Pas-nya sih ya Alhamdulillah aja, selalu ada alasan untuk bersyukur to ?

Eh, tapi kek-nya aku dah pernah posting soal begini ya ? Maap, abis jadi kepikir lagi, jadi rada heran sendiri juga sih. Kok gue bisa ya ? hahahaha….. Tapi ya sutralah, mungkin cocok-lah dengan pepatah alah bisa karena biasa, jadi yo wis, adanya begini ya dijalani aja begini. Pasrah ? nggak jugalah, kalau pasrah itu diartikan sebagai nyerah begitu saja pada keadaan tanpa berusaha mensiasati-nya. Ya kudu ketemu gimana caranya beradaptasi lah, gimana caranya cinta tetap terjaga….. *ahheeeeem*

Kalau kebahagiaan berkeluarga diterjemahkan hanya dengan selalu ngumpul serumah, kemana-mana selalu renteng gandeng bersama, ya mungkin dijidatku ini ini bisa dikasi stempel “ngenes couple” kali ya *tutupin jidat pake wajan* . Tapi seperti yang aku yakini, setiap pasangan punya iramanya masing-masing, bisa bareng-bareng terus Alhamdulillah, ada waktu-waktu nggak bareng ya Alhamdulillah juga… cinta itu ada di hati, akan ikut kemanapun kita pergi…. haiyaaah, kok malah dadi sok puwitis to nduuuk!

Jadi ya syukuri Alphard yang ada… eh, syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah…. *dmasip gitu dweeeeh*

*rada mellow condition, kangmas berangkat ke Surabaya hari ini*

Itu Bukan Alasan

Dulu banget, duluuuuu banget…. *berasa jadi makhluk purba dah*. Seorang teman kuliahku dengan bangga-nya mengatakan dia tidak pernah sekalipun mutusin pacar-pacarnya, selalu dia yang diputusin. Aneh ya ? nggak juga… asal tau aja, temenku itu adalah makhluk yang konon berasal dari planet mars, alias laki-laki. Lho diputusin alias being dumped kok malah bangga ? padahal konon katanya buat para makhluk Venus alias wanita, bisa mem-phk pacar adalah sebuah prestasi… ( tapi untuk urusan yg satu ini, count me out ya ! ).

Kalo gue udah nggak suka lagi, gue buat gimana caranya biar dia yang mutusin gue, katanya sok cool…. langsung kujawab Ya iyalah, kan dengan modal cerita sedih disia-siain cewek plus bumbu-bumbu penyedap ini itu, elo bisa dengan mudah ndapetin cewek lain kan ? Elo sanjung-sanjung target baru lo itu dengan segala macam puja-puji sebagai matahari pagi pengusir duka dan lara hati….. gombal tingkat tinggi but work perfectly.

Dan percaya atau tidak, taktik kuno ndak mutu itu masih terus digunakan sampai sekarang. Masih banyak cerita basi tentang perempuan yang rela dan sadar diri mau makan perempuan lain hanya karena bualan dan cerita sedih tentang istri yang tidak bisa membahagiakan lagi, cerewet, daster buluk user plus gualak’e ngalah-ngalahin ayam betina abis bertelor, n so on, n so on….

Dan adaaaaaa saja perempuan yang percaya dan menelan mentah-mentah semua gombalan seperti itu. Jadi ya jangan heran kalau adaaaaaaaaa ada saja suami yang giat meng on-air kan cerita-cerita buruk tentang istrinya sendiri, dalam rangka memuluskan usaha es-el-ka-ria-nya…. mahir nian memposisikan diri sebagai suami yang tersia-sia setelah banting tulang habis-habisan demi istri yang tak tahu diri…

Tapi okelah ceritanya he has a dreadful evil wife from d hell, tapi bukankah apa yang terjadi dalam sebuah rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab bersama antara suami dan istri ? Menggunakan alasan istri yang kurang ini n kurang itu untuk membenarkan perselingkuhan adalah alasan yang aneh bin ajaib. Bukankah dulu-dulunya dia sendiri yang milih tu istri. Rumah tangga tidak lagi memberi kehangatan ? Lha bukannya dia sendiri juga yang membangun rumah tangga itu ? Kalau istilahnya ada genteng yang bocor, lantai yang retak ya betulin doooong…. jangan suka-suka aja seenaknya sendiri trus maen mampir ngeyup ditempat lain.

Nggak memungkiri bahwa manusia itu bisa berubah, yang tadinya cocok klop pas banget, ternyata di perjalanan ada yang berubah, ada yang bergeser, sehingga muncul masalah. Tapi mosok iyo jawaban atas masalah itu adalah selingkuh. Lha wong selingkuh itu sendiri masalah kok…. mosok mau menyelesaikan masalah dengan masalah, apa ndak malah tambah mumet jadinya ? Mbok yao kalau memang sudah ndak tertahankan lagi, ya selesaikan dulu urusan baik-baik…. baru deh sooook situ silahkan deh kalau mau mulai cari yang baru.

en girls, ndak usah ngomong norma ndak usah ngomong dosa… peran penyelamat suami orang bukanlah peran yang patut dibanggakan. Kalau ada seorang suami punya masalah dengan rumah tangganya, persilahkan saja menyelesaikan masalahnya dengan benar. Jangan mau diseret2 menjadi bagian dari masalah. Dan bagi yang ketiban apes dapet peran istri yang diselingkuhi, boleh saja bertanya apa salah diri, bagus untuk intospeksi dan membenahi diri. Tapi yakin deh, tidak ada satupun istri di dunia ini yang pantas untuk diselingkuhi…

*postingan abis senam, huehehehehe….*

why do you love me ?

Why do you love me ?
hihihihihi…. pertanyaan yang hanya dijawab dengan cengangas-cengingis nggak jelas sama si Mas-ku Adi Rizkiarto tercinta, jenis manusia yang bagai langit dan bumi jauhnya dengan romantisme.

Sebenernya penting nggak sih pertanyaan itu ? Come on, i’m just an ordinary woman yang jelas akan mabuk kepayang kalau pertanyaan itu dijawab dengan “Karena dimataku engkaulah makhluk paling cantik di seluruh jagad raya ini” … *gedubgrag guling-guling mpe basement*. Sayangnya kejadian rolling on to the basement itu tidak pernah terjadi, xexexex… Lha wong memang tidak pernah ada jawaban yang pasti. Coba-coba jawab sendiri ya ?

Karena cantik ?
eeewwwwww….. jujur kacang ijo, frankly speaking, mboten ngapusi, pada saat bertemu pertama kali sama si Mas, saya sendiri tidak bisa mengkategorikan diri saya sendiri sebagai cantik. Tapi jelek banget juga enggak lho yaaaaaaa….. *pede doooooong*

Pintar ?
Yaaaahhhhh….. *siap-siap mo ngibul, eh nggak jadi ah, dosa*…. Bodo sih enggak-lah, pinter banget juga enggak…. so-so ajalah, lumayan bisa selesai kuliah di Jurangmangu walaupun musti pakai extended version, alias perpanjangan waktu bin injury time… ( hehehehe…. mengingat sejarah kelam )

Kaya ?
Yaaahhh….. *siap-siap membual, eh inget dosa lagi*. Alhamdulillah cukup lah, nggak pernah kelaperan, walaupun seumur-umur di Jurangmangu cuma sekali makan es kirm di DQ, beli pizza-pun terima ngeteng.

Agama ? Agama ?
Duh yang ini asli nggak berani ngibul…. Agama ? jauuuuuuh deh. Alhamdulillah Jurangmangu sudah banyak membukakan hati dan pikiranku. Tapi tetap saja, aku masih manusia keras kepala yang kebanyakan tanya dan belom kapok bermain-main dengan dosa….

Jadi ?

pertanyaan diubah aja deh, gak usah terlalu romantis… : “Kenapa Mas milih aku ?”
dijawab sambil kabur…. : “Soalnya kamu pakai jilbab”
tsaaaaaahhhh………. kira-kira itu artinya yang mana ya ? *masih berharap bisa gedubrag guling-guling mpe basement*

Tahu Kapan Harus Berhenti

Pengen nulis nih, tapi ampuuuuun…. ntar takut ada yang protes-protes lagi soal glommy, sedu-sedan, merana tralala. Kemarin nulis yang rada semangat aja ada yang trus ngajak nangis berjama’ah…. Jadi mo nulis apa lagi niiiih ? *mikir-mikir pemancing keributan*

Cinta itu anugerah dari yang Maha Kuasa, kita tidak boleh mengabaikannya..

Ciyehehehehehe…. kalimat yang sangat indah sekali bukaaaaaaaan ? tidak salah bukaaaaaaaan ? Lha tapi kalau itu diucapkan oleh seseorang yang sudah punya pasangan resmi pada orang lain yang bukan pasangan resminya…..
Namanya orang lagi mabuk kali ya ? apa-apa yang dicari benere dewe wae…. sampai berani-beraninya bawa nama Tuhan segala. Tapi, bener lho, kalimat itu buanyaaak banget aku temuin dalam berbagai konsultasi masalah pribadi di media massa dengan tag s-e-l-i-n-g-k-u-h…..

Oke,kalau ngomong masalah rasa cinta sebagai anugerah, gini aja deh,
Saya, sebagai perempuan biasa, dianugerahi Tuhan rasa cinta pada keindahan.
Bener gak kalimat yang ini ? bener to ?
Lanjut.
Dan keindahan itu ternyata mewujud dalam sebuah tote bag Guess putih yang sedang disandang seorang perempuan di mall Ambassador

Jadi boleh nggak, atas nama rasa cinta anugerah Tuhan, saya menjambret tas itu dan mengakuinya sebagai hak saya pribadi ?
Atau bolehkah saya memaksa si pemilik tas itu -atas nama cinta sebagai anugerah- untuk berbagi tas keren itu dengan saya ?
Enggak toooooooo ?

Nah, sampai disini saya jadi ingat QN-nya mas Syamsul :
Falling in Love, ketika status sudah beristri. SALAH-kah/ BOLEH-kah??! Hayo…jawab!
( ini nanya apa, nodong ya ? )

Kalau ngomong PERASAAN sebagai sesuatu yang diciptakan sebagai bagian internal dalam diri kita sih, yaaaaa…. Namanya juga perasaan. Tertarik sesuatu yang indah, yang menarik, yang menawan hati, adalah sesuatu yang bisa terjadi. Cinta pada keindahan adalah sesuatu yang tidak bisa dibendung… *mengutip komen di QN mas Syamsul niiiiiiih…*

Trus ? Ya sudah… itu saja. Berhenti saja sampai disitu… STOP ! Jagalah hati !!
Karena kalau terus dituruti, ditindak lanjuti hingga mencapai level s-e-l-i-n-g-k-u-h….akibatnya bisa jadi lebih mengerikan daripada aksi merebut tote bag Guess putih di mall Ambassador… eh, itu juga enggak kejadian lho… *masih tetep waras*

kayaknya musti bikin tag baru nih, tag : postingan nggak jelas

girls will be moms, boys will be boys ?

Beberapa hari yang lalu jeng Febbie bikin QN soal kekerasan dalam rumah tangga alias domestic violance, dan tadi pagi aku barusan baca di rubriknya bu Rieny tentang seorang istri yang selama 12 tahun pernikahannya telah di-abuse dengan perselingkuhan berkali-kali oleh suaminya. Walau sudah punya 1 anak, sang suami ternyata masih saja tebar pesona seperti layaknya waktu masih muda dahulu.Tidak ada pukulan tidak ada tamparan fisik, tapi tentu saja sudah jelas dong, bahwa yang namanya abuse tidak melulu berupa tindakan kekerasan fisik, tapi bisa juga berupa kata-kata tajam, hinaan dan juga pengabaian pada kesejahteraan batin sang istri.

Sudah 12 tahun menikah lho, tentunya sudah bukan pemuda lagi kan ? Tapi seorang laki-laki paruh baya dengan kemapanan dan kemapuan finasial yang mantap, seringkali dianggap sebagai paket yang menarik, bahkan bagi perempuan2 muda yang usianya jauh dibawah mereka, kalau masih sama-sama available sih ya gak masalah…. Tapi kalau sudah jadi properti orang itu yang jadi masalah.

Bagaimana dengan perempuan paruh baya yang sudah menyerahkan segalanya untuk mengantar sang paket menarik itu untuk mencapai puncak kesuksesannya ? Terperangkap dalam kondisi 100% tergantung pada suami, tidak ada karir, tidak ada kemampuan, hanya kemapanan ikut suami sajalah yang jadi andalah. Apa yang bisa dilakukan ? Terima saja semua perlakuan buruk, karena memang tidak ada pilihan lain ? *sigh*

Tapi dalam kenyataannya tidak hanya perempuan yang tergantung 100% pada suaminya saja yang menjadi korban kdrt. Bahkan seorang perempuan yang punya kemampuan dan kemerdekaan finansial pun bisa menjadi korban kdrt. Apa yang membuat mereka bertahan ? keyakinan bahwa cinta akan merubah perangi pasangan mereka ? bisa jadi. Walaupun kata orang itu pekerjaan sia-sia, perempuan berharap pasangannya akan berubah, sementara laki-laki mengharapkan pasangannya tidak akan berubah ( terutama berat badannya…. xixixixi ).

Lalu apa lagi yang bisa membuat perempuan bertahan ? Anak-anak… tentu saja anak-anak. Banyak perempuan yang kuat bertahan menghadapi segala macam bentuk kdrt hanya karena tidak ingin anak-anaknya tumbuh tanpa figur seorang ayah…
Girls will be moms…..

*hasil dari bangun tidur baca Nova*

my LongDistanceLove : bukan wonder woman

Biasanya, dari Rawamangun untuk sampai kerumah, aku hanya memerlukan waktu kurang dari satu jam, 55 menit lah rata-rata. Tapi hari itu aku terhadang macet di pintu tol Bekasi Timur. Duuuuh…. wong ya tinggal sak nyuk-an, dikit lagi nyampe kok ya macet tooo…. lamaaaaa lagi. Yang biasanya sebelum maghrib sudah di rumah, ini sudah nyaris isya baru sampai depan pager.

Kepala sudah mulai cenut-cenut, tapi rasa sakit menguap begitu melihat Faiz cengingas-cengingis, nebeng ikut masukin mobil ke garasi. Subhanallah, kencono wingko-ku itu…. Trus turun dari mobil gantian nguyel-uyel Fachri yang masih wangi bayi. Kalau Faiz kan udah lamat-lamat ilang bau bayi-nya, apalagi si Farhan ma Rahma…. waduuuuh…. dah bablas deh, dah ganti bau kringet abg…… xexexexexe . Sambil minta tolong ke si mbak untuk nurunin bawaan dari mobil.

Tiba-tiba “Huwaaaaaaaaaaa….. huwaaaaaaaaaaaa” Faiz jejeritan di mobil… Masya Allah, ternyata jempolnya terjepit pintu mobil. Sempet panik dan blank sejenak, lalu yang muncul di otak pertama kali adalah Dokter !! Rumah Sakit !! Langsung Fachri kuserahkan ke pengasuhnya ( kasiyan juga adek, ikut jejeritan juga akhirnya…. ), dan angkut Faiz ke RS terdekat. Sempet ada perlawanan juga, secara Faiz termasuk takut sama dokter ma rumah sakit. Segala jurus bujuk-paksa dikerahkan deh pokoknya.

Alhamdulillah gak nyampai 10 menit dah nyampai ke RS ( 10 menit ala ibuk-ibuk pembalap ). Langsung ke UGD. Sebenernya sewaktu di mobil Faiz dah mulai tenang, yang membuatku lumayan tenang juga karena aku jadi berasumsi bahwa tulangnya tidak kenapa-napa, tidak patah atau retak ( hiiiy, jangan deh…. ).

Tapi begitu mau masuk UGD, waduuuh… tantrum part two deh…. Akhirnya diperiksa dokter sambil nemplok plok ke mbok-nya, nggak mau lepas. Alhamdulillah lagi dokter jaga-nya sesama ibuk-ibuk yang sabar dan biasa ngadepin anak kecil, ada unsur bujuk rayu dan becandanya juga. Setelah diperiksa sebentar, kata dokter sih insya Allah gak pa-pa, tapi untuk pastinya di rongent aja. Oke deh, rontgent, tapi begitu mo masuk ruang rongent, ya ngamuk lagi…. bujuk-rayu-paksa lagi deeeeeh….

Alhamdulillah lagi, hasil rongent menunjukkan jempol tangannya baik-baik saja….. hanya lebam sedikit bagian luarnya, dan tidak ada luka terbukanya juga. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa bawa pulang tu bocah yang sudah mulai cengengesan lagi karena boleh beli pop-mie…. ( jiyaaaah... ngerti aja ibuk-nya lagi berada di posisi nggak tega-an, kalo nggak kan big NO untuk mie instant ).

Sampai di rumah, setelah semuanya tenang, setelah semuanya lerem.… Baru berasa lagi deh kepala yang cenut-cenut dengan dosis yang bertambah. Capek yang sempat terabaikan, dateng lagi menuntut perhatian, dengan tambahan efek samping dari shock huru-hara jempol kejepit tadi….

Coba bapak-nya bocah-bocah ada sini ya, paling nggak kan ada yang bantuin miijet kepalaku yang pening ini…. halaaaaah… mulai deeeh, udah ah….
Duduk lemes sambil inget lagunya mulan, “Aku bukan wonder women-mu….” Huehehehe… siapa juga yang nyuruh jadi wonder women to buuu… i’m just a simple house wife yang sedang ( terus ) belajar menjalankan amanah…..

jangan pindah kelain hati ( apalagi body )

Pagi ini Putri melontarkan pertanyaan ( sepertinya sih diutamakan buat yang sudah nikah gitu… ), apa sih yang pertama kali membuat anda greng ketika melihat pasangan anda pertama kali ? yang bikin naksir, yang membuat jatuh cinta, sing gawe ciblok cintrong.... Aku pengen ketawa sih sebenernya… biasalah… nenek-nenek, jadi inget jaman muda dulu….

Well, apa ya ? mas Adi tu tinggi ganteng putih….. hahahah… kok malah jadi kayak iklan kecap nomer satu. Penampilan fisik memang penting dan berpengaruh kali ya. But he was more like an answer to my lonely pray gitu…. xixixixi. Wong waktu itu aku memang ndak ada malu-malunya minta sama Gusti Allah, ya Allah sudah waktunya saya nikah niiiiih, kirimin saya jodoh dooooong…… No need untuk malu toh ? wong memang sudah pengin ketemu jodoh…. wkwkwkw….

Eits, kok jadi ngomongin roman jaman baheula…. Sebenernya yang tadi sempet aku pikirin setelah denger omongan Putri adalah bagi pasangan yang sudah menikah cukup lama apakah greng yang sama masih dirasakan sekarang, saat ini ? Kalau greng dulu gara-gara do’i tinggi putih ganteng…. ha trus sekarang sudah tambah lagi je, jadi nambah beberapa kilo gitu… alias tinggi, putih, ganteng plus endut…. tambah lagi tidurnya ngorok, tambah lagi susah bangun pagi, tambah lagi suka ninggalin koran di wc, tambah lagi nggak mau bawain bunga apalagi ngirim puisi, tambah lagi kurang perhatian…….

Weeees toooo…. kalau mau dijembreng-jembreng kekurangan pasangan mungkin bisa jadi kisah tersendiri ya ? Jadi kemana greng yang dulu yaaaa ? hilang tertiup angin, atau cuma sekedar jadi bayangan masa lalu sahaja. Trus ketika ada sedikit saja godaan datang, waaaaa… datang lagi deh greng yang lain lagi, yang sama sekali baru, absolutely fresssshhh. Jadi makin sibuk deh, mendaftar kekurangan pasangan dan membandingkan dengan si newly greng ini. Makin terperosoklah ke dalam jurang yang namanya pindah ke lain hati. Padahal, bukankah dulu juga ada greeeeeng ? hayoooo….. piyeeeeeee….

Jadi pertanyaannya, kemana greng yang dulu ? dan siapakah yang bisa menjamin greng yang baru ini tidak akan bernasib sama seperti greng yang dulu ? Please deh ah, jenuh, bosan, kok begini-begini saja…. bisa saja muncul dalam setiap hubungan, tak terkecuali diantara suami-istri. Tapi apakah mencoba hati yang lain adalah jalan keluarnya ? padahal hati adalah sepotong bagian dari diri kita yang gampang terbolak-balik….

Kalau yang baru ini kok rasanya lebih greng ya ? lha iya laaah…. namanya juga barang baru, belum nemu batas bosannya, limit jenuhnya, expired date-nya ( halah, kok malah jadi kayak mi instant… ). Apalagi ada bumbu tantangan-nya, jangan sampai ketauan-nya…. widiiiiiih….. jadi berasa kayak Romeo and Juliat dah. Ibarat kata, berasa bikin hidup jadi lebih hidup…
Tapi jangan lupa, ada satu hati lain yang dipertaruhkan, hati sang pasangan hidup yang sudah terbukti dan teruji setia menemani di saat suka dan duka…..

Jadi siapkah anda melepaskan sesuatu yang sudah pasti, untuk sesuatu yang belum pasti ?