Hidup manusia bisa diibaratkan seperti rentetan efek domino, apa yang kita alami pada saat ini adalah hasil dari berbagai pilihan yang telah kita ambil dalam hidup kita. Termasuk ketika kita memilih pasangan hidup, lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Tapi seperti kata orang, kalau pada awal pernikahan pasangan kesandung batu komentarnya adalah “Kenapa sayang ? sakit ?”, maka bertahun- tahun kemudian yang keluar adalah “Kalo jalan liat-liat doooong !”. Kelebihan-kelebihan pasangan makin tak terlihat, kelelep oleh berbagai kekurangan yang terasa makin menyebalkan. Karena kata orang ( lagi ), cinta dan benci tu beti saja, beda tipis. Saat kita terlalu mencintai dan memuja, maka kita akan rentan terjatuh dan sakit hati berdarah-darah ketika kita sadar bahwa ternyata orang yang kita cintai tidaklah seindah dan sesempurna yang kita bayangkan.
Tapi siapakah manusia di dunia ini yang terlahir sempurna ? jangan kau sesali….*halah, malah nyanyi lagu dMasip*. Dan seperti apakah cinta yang sempurna itu ? Cinta yang maunya hanya melihat yang indah-indah saja, atau cinta yang memberi ruang untuk ketidak sempurnaan ?
Kalau kata mas filsuf Sam Keen, Love isn’t finding a perfect person. It’s seeing an imperfect person perfectly. Jadi jangan biarkan waktu menelikung cinta, dan jangan pula menyerah pada godaan dahsyat diluar sana, saat terlihat banyak orang yang tampaknya punya pesona yang jauh melebihi pasangan di rumah. Pesona seringkali tak bisa bertahan lama, karena tak ada manusia yang terlahir sempurna…. *dMasip lagi*
eh, satu lagu lagi,
Bertahan satu ciiiiii-iiiiiiin-taaaaaaa
Bertahan satu ce-i-en-te-a…..
*dBagindas mode-on*
qiqiqiqiqi… *dikepruk mak’e Rafa*