Berkebun : Menanam Zinnia dari Benih

Zinnia alias Kembang Kertas bisa dibilang jenis tanaman yang mudah tumbuh dan ditemukan dimana-mana. Cantik lho sebenernya, tapi mungkin karena gampang banget ditemukan, jadi kehadirannya jadi agak kurang diperhatikan, udah biasa gitu lhooo… Tapi belakangan mulai muncul beberapa Zinnia jenis baru, bentuknya mungkin tidak terlalu jauh berbeda dengan Zinnia jenis lama, tapi makin cantik dengan variasi warna dan jumlah petal bunganya. Salah satu jenis yang menarik perhatianku adalah jenis Whirlygig, agak susah dibaca judulnya ya ? hihihi…

.

11050722_10206064351598463_5947694077507002384_o

Benih dalam kemasan ini aku beli di Flona Lapangan Banteng beberapa waktu yang lalu.

.

Cantik kan ? penasaran dong aku pengen tanam sendiri. So, mari kita angkat sekop bertanam Zinnia dari benih….

Untuk persemaian, aku memakai pot panjang yang kuisi dengan media tanam secukupnya. Media tanamnya apa nih ? selama ini aku selalu membeli media tanam siap saji *etdah, macem ayam ke-ep-si aje*, siap saji tu maksudnya bukan media tanam yang harus dibuat sendiri dengan mencampurkan beberapa bahan jadi satu. Beberapa jenis tanaman mungkin memerlukan media tanam khusus untuk persemaiannya, tapi sependek yang aku untuk Zinnia cukup dengan media tanam biasa yang bisa dengan mudah kita beli di lapak-lapak tanaman hias.

Benih aku taburkan diatas media tanam dengan jarak yang cukup, lalu aku tutup lagi dengan media tanam yang sama. Tidak perlu tebal-tebal, asal cukup menutup benihnya saja. Salah satu pot semai aku tutup dengan plastik hitam. Konon menghindari paparan cahaya dengan cara menutup pot semai dengan plastik hitam akan memacu pertumbuhan benih.

Usahakan agar benih yang ditebar mendapat pasokan air yang cukup, berada kondisi cukup lembab tapi tidak tergenang. Biasanya aku menyiram dengan semprotan plastik ( botol sprayer ), untuk menghindari guyuran air yang bisa mengganggu pertumbuhan benih. Selanjutnya kedua pot tersebut lalu aku taruh di tempat yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung.

10911427_10206064354958547_1853184984194440446_o

satu ditutup dan satu dibuka, dan mari kita lihat perbedaann… 🙂

.

11076698_10206064361598713_7303425196177915836_o

.

10863794_10206064363158752_7082648855004863264_o

.

Bisa dilihat bahwa benih yang ditutup plastik hitam tumbuh lebih panjang dari benih yang ditanam terbuka, istilah jowonya luwih nlolor, hihihi…. Dari yang aku baca-baca di internet, untuk benih-benih yang termasuk benih sulit tumbuh, penutupan dengan plastik hitam dapat memacu pertumbuhan alias sprout-nya.

Setelah sama-sama tumbuh dua daun seperti diatas, kedua pot semai aku biarkan terbuka tanpa penutup, karena kondisi kurang sinar matahari tidak baik untuk pertumbuhan selanjutnya. Usahakan sinar matahari yang didapat tidak berlebihan, karena bisa membuat benih yang baru tumbuh menjadi kering. Paling bagus sih sinar matahari pagi, jadi tempatkan pot di lokasi yang kena sinar matahari pagi, tapi terhindah dari sinar matahari siang yang terik.

.

10419022_10205973123277812_4331384843976377309_n

.

10475266_10205973124037831_5152037570959894538_n

.

Setelah tanaman sudah cukup besar dan kuat, bisa dipindahkan ke tanah atau ke pot lain yang lebih besar. Untuk Zinnia yang aku sebar kali ini, ada yang aku tanam di pot, ada yang aku tanam di tanah langsung. Untuk yang ditanam di tanah, sengaja aku pasang barikade pelindung *idih, perang kali*. Maklum, tikus got Ciketing termasuk makhluk doyan lalap, ada saja tanaman muda di kebunku yang habis digerogotin. Pelindung aku buka setelah nanti tanaman cukup besar dan tinggi.

.

11037891_10205973128157934_8364617422315438996_n11050229_10205973126597895_3931622997555442971_n

Aneh ya ? qiqiqi… biarin deh, yang penting aman…

Ribet ya tanam bunga dari biji ? ah gak juga, segala jerih payah dan cucuran keringan *lebaiiiiii* bakal terbayar lunas begitu bunga muncul dan bermekaran…. *jeng-jeng-jeeeeeeng… 😀

.

10392508_10205973168838951_4824130117088689869_n

10959577_10205758321667906_2428515728129222988_n

10978547_10205849387904505_1494470468791718207_n

10922437_10205737021335411_58369679730802068_n

.Nah, merasa sukses *kibasin sekop*, aku ketagihan beli bebeapa jenis benih lagi….

10801589_10205243942688753_870322219843086194_n

Maruk ya ? hihihi… dari empat bungkus itu, baru 2 yang kutanam, bunga matahari dan cabe hias. Alhamdulillah semua tumbuh, tapi aku baru bisa pamer bunga mataharinya, karena pertumbuhan cabe memakan waktu lebih lama daripada bunga matahari.

Untuk benih bunga mataharinya, aku memakai metode tutup plastik hitam untuk memacu pertumbuhuhannya. Lalu bagaimana hasilnya ? mari kita pamer lihat….

.

1505113_10205910392069571_3270525385429392016_n

10959613_10205783659101326_1561547793323882183_n

.

10474057_10205798671596629_7352333016086590699_n

.

11021380_10206014820080206_4272513342497691827_o

.

So, menanam dari benih ? siapa takuuuut…. 🙂

.

Berkebun : Pot Cangkir Cantik

Sebenernya pengen kasih judul Teacup Gardening, tapi kok boso linggis lagi… ya wis, mari kita beri judul Pot Cangkir Cantik  aja deh, rada kepanjangan sih menurutku, tapi piye maneh, Berkebun dalam Cangkir kok rasanya kaku bener,hihihi… Nah, preambule soal judul disudahi saja, mari kita mulai cerita sesungguhnya.

Kisah ini dimulai saat aku mampir ke sebuah toko pecah belah untuk belanja cangkir. Konon katanya toko ini menjual barang pecah belah kualitas ekspor yang tidak lulus quality control. Berhubung tidak lulus QC, jadi jangan harap bisa menemukan barang dengan kondisi perfect bin sempurna. Tapi buatku sih gak masalah, lha wong niatnya memang untuk dialih fungsi kok, bukan untuk nge-teh, tapi untuk pot… Untuk pot ? iyaaaa… eman-eman ? ya enggak jugalah. Kan masih bermanfaat, sedap dan cantik dipandang mata, menghibur hati yang gundah gulana…. *aiiisssh preeet*.

Harga ? gak mahal-lah, namanya juga barang reject, tapi memang gak semurah pot biasa, apalagi pot plastik item itu, hihihi… sesuai lah dengan cantiknya. Rencananya aku akan  mengisi cangkir-cangkir itu dengan tanaman sukulen, jenis tanaman tidak boleh terlalu banyak kena air. Disiram seminggu sekali saja sudah cukup. Dengan penyiraman seminggu sekali menggunakan sprayer kupikir tidak ada lubang pembuangan airnya pun gak masalah, jadi niat untuk melubangi bagian bawah cangkir aku urungkan. Yang penting dijaga jangan sampai ada air tergenang di dalam cangkir.

Penasaran gimana penampakannya ? mari kita saksikan sodara-sodaraaaa… 😀

.

.10978718_10205796257976290_2021877621243767816_n333333

.

1504523_10205796266336499_8661464932608123948_n1111

.

10635957_10205775987909551_8073691408561455575_n

.

1658213_10205796635465727_8037463103205107200_o

.

10403904_10205796633225671_6675765384716501369_o

.

10915034_10205796634425701_5460088641932099234_o

  • .

10450333_10205796642905913_4733680973665232063_o

.

4444444

.

sedap dipandang bukan ? gak mahal juga lhooo…

yuk mari berkebun… 🙂

.

Berkebun : Kalanchoe

Duluuu banget, aku sudah pernah punya tanaman ini. Selain namanya pun gak tau, aku juga sama sekali tidak punya ngelmu alias pengetahuan apapun tentang tanaman yang satu ini. Diperburuk dengan belum adanya fasilitas inet untuk searching dan googling demi sepotong informasi perawatannya… eh apa ? aku hidup di jaman apa ? jaman prasejarah sih kayaknya… *merengut-ngambek-ah*. Wis pokokna, tahun-tahun awal 2000-an itu aku sama sekali gak punya info tentang si Kalanchoe ini. Jadi, perlakuan yang aku terapkan standar aja, sesuai SOP baku perawatan tanamanku yang lain, pagi-sore disiram air banyak-banyak, kalo perlu sampai gobyos-gobyos. Kan jadi kliatan seger tuh kalo tanaman abis disiram air segentong… *tukang kebon tau tukang air sih ?*.

Iya sih, rata-rata tanaman gak bermasalah disiram air pagi-sore, apalagi  kalo media tanamnya bagus dan porous. Tapi untuk si Kalanchoe ini akibatnya bisa fatal sodara-sodara. Bisa ditebak, karena perlakuan yang salah itu, pada akhirnya tanaman Kalanchoe-ku mati merana…. Uh sedih juga sih, baru sekali punya kok mati begitu saja. Jadi akhirnya aku memutuskan untuk kapok saja, dan memberi label “susah perawatan” untuk di Kalanchoe ini. Padahal penampakan Kalanchoe ini menarik hati banget, hiks… Daun yang hijau dengan topping bunga yang cantik aneka warna, mulai dari merah, merah jambu, putih dan jingga.

Bertahun-tahun setelah usai tragedi Kalanchoe itu *uhuksss…*, akhirnya aku menemukan sedikit informasi bahwa perlakuanku dulu salah, salah banget…. Kalanchoe termasuk tanaman sukulen, jadi tidak perlu, atau bahkan tidak boleh terlalu banyak disiram air ! Bahkan dulu aku sempat berpikir bahwa Kalanchoe ini jenis tanaman annual yang bakalan mati setelah selesai berbunga, karena itulah yang terjadi pada Kalanchoe-ku dulu. Jadi terjebak asumsi-lah judulnya, hehehe…

Nah, berhubung jaman juga sudah berubah, sudah kenal dengan yang namanya mbah Google dan oom WIki, jadi deh aku berburu informasi lebih lanjut tentang Kalanchoe. Dan hasilnya adalah manggut-manggut ( lumayan ) paham dan mentertawakan kebodohanku sendiri bertahun-tahun yang lalu deh… Selanjutnya berbekal pengetahuan baru tersebut, aku bulatkan tekad mantabkan niat untuk menambahkan Kalanchoe di kebunku ( lagi ). Kalanchoe pas banget dengan syarat utaman pemilihan tanaman di kebunku, berbunga cantik dan mudah perawatan… sip dah !

Kalanchoe pertama di era kesadaran baru *eheeem*  kubeli di pameran tanaman di Lapangan Banteng pada bulan November 2014 kemarin. Praktekin deh ilmu dari mbah Gugel, tidak boleh terlalu sering disiram. Cukup seminggu sekali atau dua kali saja. Penyiraman diperlukan apabila media tanam sudah terlihat kering. Dan yang perlu diingat air harus melewati media tanam saja, tidak boleh tergenang. Karena air yang tergenang sangat berbahaya untuk kelangsungan hidup si Kalanchoe. Oleh sebab itu pula aku lebih memilih media sekam bakar, jika dibandingakn dengan media tanam biasa yang ada campuran tanahnya. Selanjutnya bunga yang sudah kering lebih baik dipotong agar bunga baru bisa lebih cepat muncul. Selain itu, ada informasi bahwa terapi stress air juga bisa mempercepat munculnya bunga.

Daaaaan, inilah Kalanchoe di kebunku….

.

DSC_1146

DSC_1111

.

10898288_10205502731158303_2504467423943811562_n

.

10898130_10205523899567500_8497324332341497645_n

Kalanchoe berbunga cantik ini memang cenderung mungil, jadi cantik dan pas untuk tanaman hias dalam pot. Oh ya, kalanchoe juga termasuk tanaman yang suka sinar matahari, jadi kalau kalanchoe terlihat tumbuh terlalu kurus, berarti ada kemungkinkan karena kurangnya sinar matahari.

Selamat berkebun…. 🙂

.

Murni Curcol

Beberapa hari yang lalu aku baca status panjang di fesbuk, cerita tentang anak yang dinyatakan butuh pendampingan khusus, tapi trus tidak dilakukan, dan ternyata pada akhirnya tu anak bisa berprestasi di suatu bidang khusus… well, cerita yang manis dan membesarkan hati sih, alhamdulillah. Tapi sempet ada pertanyaan kecil yang muncul di dalam hati. What if, bagaimana kalau memang anak itu butuh pendampingan khusus ? Jujur ini bakalah jadi postingan curcol, karena aku merasa sudah punya cukup banyak ‘masukan’ dalam masalah seperti ini.

Saat kencono wingko-ku yang paling kecil, Fachri, memasuki usia 2 tahun, aku mulai waspada karena sampai usia itu Fachri belum juga menunjukkan tanda-tanda mau berkomunikasi seperti layaknya anak2 seumuran dia. Jangankan sepatah kata, satu suku katapun belum ada yang keluar dari mulutnya. not even, a single word Ma…. Jadi aku memutuskan untuk membawa Fachri ke klinik tumbuh kembang anak, dan akhirnya memang dianjurkan untuk mengikuti sesi terapi.

Dan seperti sudah kuduga, tanggapan dari orang-orang sekitar memang bermacam-macam bin nano-nano, hehehe…. dari yang menyayangkan kenapa nunggu 2 tahun dulu baru ikut terapi, sampai yang sebaliknya, menganggap aku sebagai simbok yang lebay, dan membebani anak dengan target. Karena toh nanti pada umur 4 tahunan bakalan bisa ngomong sendiri juga…. tuh contohnya si ini dan si itu… Yaaah, secara kasat mata memang tidak ada yang salah dengan Fachri. Sehat, lincah dan tidak bisa diam seperti anak-anak pada umumnya. Hanya saja kontak mata-nya memang sangat-sangat kurang.
Untuk komentar-komentar itu sih pengennya makasih aja lah, namanya juga dikomentari berarti diperhati-in dong ya ? qeqeqe… *pedejayamerdeka*. Tapi kadang juga ngerasa ‘piye toh‘ juga… 2 tahun mengamati Fachri dari hari ke hari, rasanya cukup kok, untuk bisa melihat dan menerima bahwa memang Fachri butuh pendampingan khusus. Dan pernah suatu kali aku harus menelan komentar panjang lebar plus rada pedes, bahwa pendamping khusus itu tidak perlu, karena yang berpengaruh langsung adalah orang tua, n so-on, n so-on…. uhuiiii deh rasanya dihati, berasa dianggep lempar batu sembunya tangan gituuuu…. gak mau susah-susah, main nyerahin anak ke terapis aja.

Aduh, pak, mas atau oom… plis deh, jujur kacang ijo, ilmu saya itu cetek , jadi wajar kan kalau aku butuh bantuan dari orang yang punya keahlian yang sesuai dengan masalah yang aku hadapi ? Dari terapis-nya Fachri aku bisa belajar bagaimana cara yang tepat untuk melatih konsentrasi Fachri. Toh pada akhirnya terapis -istilahnya- hanya memberikan sedikit pancingan, dan selanjutnya practice-practice n practice di rumah-lah yang menentukan. Tapi ya sudahlaaaaah… biarkan orang berkata apa, lalalala…. *armandasong*, daripada ribut-ribut, diem dan senyum aja deh… anggep aja masukaaaan.

Jadiiii… begitu aku baca status panjang di fesbuk ituuu… aku sekali lagi maunya senyum aja deh… Gak kebayang gimana nyeselnya aku kalau nurutin “gak usah terapi, tunggu aja mpe 4 tahun, ntar juga bisa ngomong sendiri”. Waktu yang sudah lewat tidak bisa lagi ditebus balik bukan ? Dan memang masih banyak yang harus dikejar Fachri di usianya yang sekarang, tapi dengan bantuan dan tambahan kasih sayang dari para terapisnya, Alhamdulillah Fachri sudah mulai banyak mengalami kemajuan.

satu lagi, kutipan dari Muhammad Farhan yang presenter itu :
Akan selalu ada suka dan duka menjalani peran sebagai orang tua dari anak berkebutuhan khusus. Yang penting, buka pikiran dan hati untuk memberikan yang terbaik untuknya. Jangan terlena oleh asumsi bahwa anak berkebutuhan khusus punya kelebihan khusus, bakat dan sebagainya. Terimalah anak kita apa adanya, sama seperti anak pada umunya, dan pahamilah bawa mereka pun punya perasaan…
Pelajaran untukku, kudu bisa menahan diri dalam memberikan penilaian, masukan n saran… don’t be a sotoy-er…. peace ah…