Komentaaaar……

Status pesbukku kemarin : “mbuh wis, sing penting anakku sehat sik…“. Terjemahan terjun bebasnya : Masa bodohlah, yang penting anakku sehat dulu. Ya, sudah sejak Senin kemarin Fachri panas, sudah ke dokter dan sudah menunjukkan tanda-tanda sehat lagi. Tapi entah kenapa tadi kemarin malam panasnya naik lagi. Jadi pagi-pagi bener aku sudah mengetuk pintu rumah tetanggaku yang dokter untuk minta obat turun panas via anal, karena Fachri ngamuk kalau ditempelin kompres dan sirup turun panas juga sudah nggak mempan.

Tapi lalu ada telpon dari kantor, something happen di kantor yang mengharuskan aku untuk segera setor muka pagi itu juga, jiyaaaah… kok ya paaaaaaaaas banget. Pengen ngamuk, pengen banting hape *kayak yang udah kebanyakan duwit*… tapi ya apa gunanya to ? Akhirnya daripada dendam tak tersalurkan, aku pasang satus aja di fb : mbuh wis, sing penting anakku sehat sik. Dan aku bilang ke temen kalau aku akan berangkat ke kantor as soon as possible aja….

Dan subhanallah, justru dari status fb ibu frustasi itu aku mendapat bantuan untuk meringankan beban hati yang suntuk di pagi hari itu, dari komentar-komentar yang masuk. Yups, mungkin ada yang beranggapan, lah cuman komen ini lho… basa-basi aja kaleeeee. Well, terserah deh, mau dibilang basa-basi mambu trasi atau apalah situ, tapi it mean a lot buat aku.

Jadi, pelajaran moralnya apa kali ini mbok ? Komentar, sesingkat apapun, mampu meninggalkan bekas yang dalam. So, please hati-hati berkomentar… karena selain mampu meninggalkan kesan baik dan menghangatkan hati, komentar juga bisa berubah wujud menjadi belati tajam yang menusuk hati, meninggalkan luka yang susah disembuhkan. Elha kalimatnya serem amat, malah jadi mrinding dewe aku, ngomong yang santai aja ah…

Wis pokok’e, hari gini, berkomentar adalah hal yang sangaaaaaaaat mudah untuk dilakukan. Nggak perlu ketemu, nggak perlu tatap muka macam acara klompencapir dulu itu *set dah, jadul gw napa gak ilang2 ya ?*. Tinggal ketik tak-tik-tuk-enter, meluncur deh tu komen… Padahal, dengan cara seperti itu, seling-surup alias salah paham sangat mudah terjadi.

Lha iya to, komentar yang ketemu langsung aja masih bisa menimbulkan salah paham. Apalagi komentar melalui media jejaring sosial yang minus intonasi.Dan seringkali kita juga tidak bisa tahu persis suasana kebatinan sang penerima komentar, padahal yang namanya suasana kebatinan bisa mempengaruhi persepsi seseorang to ? Maksud hati naik ojek pergi kemping, cuma gojek alias just kidding *pantun maksa*, jadinya malah bikin nesu, trus marahan…. repot kan ?

NB :
Postingan ini ditujukan terutama untuk yang mosting sendiri, yang masih suka taruh komen sana taruh komen sini tanpa berpikir panjang….*mringis deh*