Tabungan Berkah

Kadang-kadang, aku suka tengok2 ke tujuanloapa.com punya Ligwina Hananto. Enak dibaca dan perlu, apalagi buat keluarga banyak anak seperti aku ini, heuheuheu…solanya ini tentang financial planning.Yah, walaupun bisa bikin aku panas dingin juga, apalagi kalau bahasannya soal rencana keuangan buat sekolah anak. …. rasanya berapapun yang dikumpulin, masih kuraaaaang aja ( emang udah ngumpulin berape mpok ? ). Trus aku jadi ingat Bapak-Ibu-ku tercinta…..

Bicara tentang Bapak-Ibuku…. dua orang yang tidak ada duanya di dunia ini bagiku. Bapakku dosen kimia di UNS alias Universitas Sebelas Maret di Solo, biasa pergi ngajar naik sepeda onthel, sepatu sendal kulit imitasi, dan di pundak ada tas dari kain bikinan Ibuku sendiri. Ibuku guru kimia di SMA Negeri I Solo, pergi ngajar naik bronpit alias sepeda motor yang bunyinya dit…dit…dit… alias hasil kreditan. Tapi mereka selalu mengusahakan yang terbaik untuk pendidikan kami, anak-anaknya.

Sejak aku dan saudara2ku kecil ( kami 3 bersaudara ), masing2 dari kami sudah dibuatkan rekening tabungan untuk sekolah kami kelak. Aku inget banget judulnya Tabanas, bukunya coklat muda dengan gambar celengan di depannya. Aku tidak tahu persis jumlah akhir dari isi tabungan2 itu, tapi tabungan itu berhasil mengantarkan kakakku lulus S1 dari sebuah perguruan tinggi swasta di daerah Grogol Jakarta. Sedangkan aku dan adikku memilih sekolah di akademi kedinasan yang Alhamdulillah gratis.

Tapi selain Tabanas itu, Bapak dan Ibuku juga ‘menyiapkan’ rekening lain untuk kami. Rekening istimewa, rekening amal kebaikan yang mereka kumpulkan sepanjang hidup mereka. Ibuku selalu bilang, menolong orang itu ndak ada ruginya nduk… mungkin kita akan kehilangan sedikit harta kita, tapi Insya Allah itu akan kembali ke kita. Mungkin kembalinya tidak berupa harta juga, tapi kembali sebagai berkah dan kemudahan dari Allah. Mungkin tidak kembali saat ini, tapi bisa jadi kelak dikemudian hari. Jadi Bapak Ibuku menyiapkan tabungan ‘berkah’ buat kami, menolong dan memberi kemudahan pada orang lain, dengan harapan jika kelak kami mengalami kesulitan, akan ada pertolongan dan kemudahan pula bagi kami.

Dan manfaat dari tabungan itu terus kurasakan sampai saat ini. Dengan menolong dan memberi kemudahan pada orang lain, Bapak dan Ibuku mengirim pertolongan dan kemudahan bagi aku dan saudara2ku. Dan sekarang giliranku untuk menjadi orang tua, untuk tabungan biasa aku mungkin masih bisa sedikit berbangga hati, tapi untuk tabungan berkah bagi anak-anakku, rasanya aku masih kalah sangat jauh dari Bapak dan Ibuku….